Studi: Lebih dari Separuh Spesies Bumi Hidup di Tanah
Penulis : Kennial Laia
Biodiversitas
Rabu, 09 Agustus 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Studi terbaru menemukan, lebih dari separuh spesies yang ada di planet ini hidup di tanah. Para ilmuwan menyebut bahwa tanah merupakan satu-satunya habitat yang paling kaya spesies di Bumi.
Tanah diketahui menyimpan kekayaan kehidupan. Namun angka baru ini dua kali lipat dari perkiraan para ilmuwan pada 2006, yang menyebut 25 persen makhluk hidup berbasis di tanah.
Makalah yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menemukan bahwa tanah adalah rumah bagi 90 persen jamur, 85 persen tanaman dan lebih dari 50 persen bakteri. Mamalia menjadi kelompok yang paling sedikit berasosiasi dengan tanah, dengan angka 3 persen.
“Studi ini menunjukkan bahwa tanah kemungkinan besar adalah rumah bagi 59 persen kehidupan termasuk segala sesuatu. Mulai dari mikroba hingga mamalia, menjadikannya habitat paling beragam hayati di Bumi,” tulis para peneliti di makalah tersebut, yang merupakan tinjauan literatur yang ada. Angka sebenarnya bisa lebih tinggi karena tanah sangat kurang dipelajari, kata mereka.
Dr Mark Anthony, peneliti utama dan ahli ekologi di Swiss Federal Research Institute for Forest, Snow and Landscape Research mengatakan, organisme di tanah memainkan dampak yang lebih besar dari keseimbangan planet bumi.
“Keanekaragaman hayati ini penting karena kehidupan tanah memengaruhi umpan balik perubahan iklim, keamanan pangan global, dan bahkan kesehatan manusia,” kata Anthony.
Tanah adalah lapisan atas kerak bumi, terdiri dari campuran air, gas, mineral, dan bahan organik. Di sanalah 95 persen makanan di planet ini ditanam, namun secara historis tempat ini tidak diikutsertakan dalam perdebatan yang lebih luas tentang perlindungan alam karena kita hanya tahu sedikit tentangnya. Satu sendok teh tanah yang sehat dapat mengandung hingga satu miliar bakteri dan lebih dari 1 km jamur.
Para peneliti menggunakan perkiraan kasar dari total sekitar 100 miliar spesies. Mereka kemudian menggunakan perkiraan teoretis dan analisis data untuk mengetahui fraksi apa dari spesies tersebut yang ditemukan di dalam tanah.
Mereka mendefinisikan suatu spesies hidup di dalam tanah jika ia hidup di dalamnya, di atasnya, atau menyelesaikan sebagian dari siklus hidupnya di dalamnya. Habitat lain yang mereka amati termasuk laut, air tawar, dasar laut, udara, lingkungan buatan, dan organisme inang seperti manusia.
Ada rentang error sebesar 15 persen dengan estimasi tersebut. Sehingga rata-rata prediksi secara teori bisa serendah 44 persen atau setinggi 74 persen. Untuk beberapa kelompok kisaran ini besar. Sementara untuk bakteri, perkiraan berkisar antara 22 persen dan 89 persen yang hidup di tanah.
Menurut Anthony, perkiraan jumlah ini merupakan upaya pertama untuk mengukur kekayaan global yang ada. Meskipun terdapat kesalahaan pada banyak perkiraan.
“Estimasi keragaman sejati berada di rentang angka ini, namun upaya ini adalah perkiraan realistis pertama dari keanekaragaman global dalam tanah, dan kita membutuhkannya untuk mengadvokasi kehidupan tanah dalam menghadapi krisis keanekaragaman hayati dan iklim,” ujar Anthony.
Sepertiga dari tanah planet ini sangat terdegradasi dan 24 miliar ton tanah subur hilang setiap tahun hanya melalui pertanian intensif, menurut sebuah studi yang didukung PBB, Global Land Outlook. Polusi, penggundulan hutan dan pemanasan global juga merusak tanah.
Para peneliti mengatakan bahwa, mengadopsi praktik pertanian yang kurang intensif, pengaturan spesies invasif non-asli yang lebih besar, dan meningkatkan konservasi habitat semuanya akan membantu meningkatkan keanekaragaman hayati tanah. Praktik seperti transplantasi tanah juga dapat memulihkan bentuk kehidupan mikroskopis di dalam tanah.
SHARE