Sempat Dianggap Punah, Burung Ini Ditemukan Lagi di Madagaskar
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Kamis, 09 Maret 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Tetraka kehitaman (Xanthomixis tenebrosa) adalah spesies burung warbler Dunia Lama dalam keluarga Bernieridae (tetraka dan sekutunya). Burung ini merupakan burung endemik di hutan dataran rendah subtropis dan tropis yang lembab di Madagaskar.
Burung jenis ini memiliki warna hijau zaitun gelap secara keseluruhan, dengan tenggorokan kekuningan pucat dan cincin di sekitar mata. Lily-Arison Rene de Roland, Direktur Program Madagaskar untuk Peregrine Fund, dan rekan-rekannya berangkat pada Desember 2022 untuk mencari burung yang sulit dipahami ini.
Tim ekspedisi akhirnya berhasil menemukan spesies ini di dua lokasi terpencil yang berbeda, satu di semenanjung Masoala pada Desember 2022 dan satu lagi di dekat Andapa pada Januari 2023.
"Sekarang kami telah menemukan tetraka kehitaman dan lebih memahami habitat tempat tinggalnya, kami dapat mencarinya di bagian lain Madagaskar, dan mempelajari informasi penting tentang ekologi dan biologinya," kata Rene de Roland.
Roland mengatakan, ada banyak keanekaragaman hayati yang masih harus ditemukan di Madagaskar.
Armand Benjara, seorang peneliti dari Program Madagaskar Peregrine Fund menceritakan pengalamannya saat melihat burung ini untuk pertama kalinya. Ia merasa temuan burung tersebut merupakan sebuah kejutan, dan seluruh tim sangat senang dan bersemangat.
Menurut John Mittermeier, Direktur Program Burung yang Hilang pada American Bird Conservancy menuturkan, tetraka kehitaman selalu menyukai daerah yang dekat dengan sungai. Hal ini mungkin bisa membantu menjelaskan mengapa spesies ini terabaikan begitu lama.
"Mengamati burung di hutan tropis adalah tentang mendengarkan suara burung, sehingga Anda secara alami cenderung menghindari menghabiskan waktu di dekat sungai yang mengalir deras di mana Anda tidak bisa mendengar apa pun," kata Mittermeier.
Langkah selanjutnya bagi tim adalah mencari tetraka kehitaman lagi antara September dan Oktober, saat sebagian besar burung di Madagaskar berkembang biak.
Rene de Roland berharap dapat mengunjungi lokasi lain yang sesuai dengan habitat dan ketinggian, tempat di mana melihat spesies ini pada Desember dan Januari, untuk memahami distribusi dan status konservasinya.
"Dengan sebagian besar hutan hujan dataran rendah di timur laut Madagaskar yang telah rusak, kemungkinan besar tetraka kehitaman terancam punah," katanya.
Christina Biggs, petugas spesies yang hilang di Re:wild berujar, dikarenakan lanskap yang berubah dan sifatnya yang samar, para pencari burung ini harus melakukan beberapa pekerjaan detektif yang cerdik dan kegigihan yang mengesankan untuk membuat penemuan kembali.
"Kami sangat senang dan lega mengetahui bahwa burung kecil ini masih bernyanyi di hutan Madagaskar," katanya
Sekarang, lanjut Biggs, adalah pekerjaan untuk melindungi ruang-ruang yang dihuni tetraka kehitaman, dan juga menjaga agar ruang-ruang liar yang tersisa tetap liar, sehingga burung-burung lain tidak masuk ke dalam daftar tim di masa depan.
"Beberapa spesies dari pulau Madagaskar yang luar biasa ini sampai saat ini 'hilang', tetapi telah ditemukan dan sekarang sering terlihat," kata Roger Safford, Manajer Program Senior untuk Pencegahan Kepunahan di BirdLife International.
Lebih lanjut dia mengatakan, tetraka kehitaman adalah pengecualian yang janggal, dan ini merupakan penghargaan bagi tim Peregrine Fund. Karena mereka telah membuat catatan yang sangat lengkap tentang burung misterius ini.
Burung ini tampak benar-benar langka. Tetapi sekarang peneliti bisa mulai memahami mengapa, dan mengambil tindakan untuk memastikan hutan yang memenuhi kebutuhannya yang tampaknya cukup tepat dilestarikan.
"Menemukan tetraka kehitaman adalah berita yang luar biasa!" kata Russell Thorstrom, Direktur Konservasi Peregrine Fund.
Thorstrom mengaku sangat senang dengan tim yang telah mendokumentasikan spesies yang sulit dipahami ini dan American Bird Conservancy yang telah menyediakan dana.
Namun begitu ia merasa sangat iri. Sebab ia menghabiskan 7 musim kawin antara 1993 dan 1999, dari September hingga Januari, di Stasiun Lapangan Andranobe di sisi barat Semenanjung Masoala di timur laut Madagaskar, namun tidak pernah mengamati burung ini.
"Saya sering mencari tetraka kehitaman ketika mencari elang ular Madagaskar yang bersarang, dari permukaan laut hingga ketinggian 500 meter, tetapi tidak pernah mengamati spesies ini."
SHARE