Fungsi Sungai Masa Kini dan Dampak Jangka Panjang Pencemaran
Penulis : Hanifah Salsabila - Mahasiswi Universitas Padjadjaran dan Pemerhati Isu Lingkungan
OPINI
Rabu, 11 Januari 2023
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Keberadaan air identik dengan tanda adanya kehidupan. Seperti Bumi, yang di antara planet-planet di tata surya, adalah planet satu-satunya yang memiliki kehidupan.
Pada pelajaran sejarah disebutkan bahwa kehidupan zaman Mesir Kuno yang juga disebut sebagai awal peradaban manusia, bermula dari pinggir sungai, tepatnya Sungai Nil. Banyak kegiatan manusia memanfaatkan air. Bagi masyarakat yang berada di sekitarnya, sungai dapat memenuhi kebutuhan akan sumber daya yang satu ini.
Namun kini, air di banyak sungai di Indonesia bahkan tak layak lagi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, apa fungsi sungai jika manusia tak lagi dapat memanfaatkannya? Untuk membawa sampah yang dibuang kemudian bermuara di lautan?
Miris mengingat faktanya, banyak masyarakat tak bertanggung jawab membuang berbagai jenis sampah ke sungai, tanpa mempertimbangkan dampak yang dapat timbul. Sebut saja sampah-sampah kecil dalam jumlah panjang dari aktivitas rumah tangga, hingga sampah berukuran besar seperti kasur, kursi, hingga helm ikut mengalir di aliran Sungai Cikapundung wilayah Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat.
Seorang warga menyebutkan, air Sungai Cikapundung digunakan oleh PDAM untuk diolah hingga dapat dikatakan layak guna, kemudian dijual kepada masyarakat, tak terkecuali mereka yang tinggal di pinggir Sungai Cikapundung. Alih-alih memanfaatkan air dari sungai secara gratis, mereka harus membayar air yang sumbernya tidak jauh dari tempat tinggal mereka.
Ketika air tersebut diolah oleh perusahaan industri, tentu akan ada keterlibatan mesin yang memerlukan energi untuk menjalankannya. Ini berarti, ada emisi karbon yang dikeluarkan, yang artinya juga ada limbah yang dihasilkan. Mungkin bukan dalam bentuk cairan yang akan mengalir di sungai, tetapi dalam bentuk lain seperti gas yang ikut terbang dan berbaur dengan gas-gas lainnya di udara.
Walau demikian tidak benar jika kita melempar batu kesalahan pada pihak PDAM yang sebetulnya cukup membantu masyarakat dalam hal pemenuhan kebutuhan air bersih karena ada banyak pihak yang terlibat dalam permasalahan ini. Sebut saja pemerintah, masyarakat, juga pelaku industri. Ketiganya memiliki perannya tersendiri dalam permasalahan ini.
Permasalahan kebersihan sungai tidak bisa disepelekan hanya karena itu “sungai” yang manfaatnya tidak begitu signifikan lagi dalam kehidupan manusia. Akan tetapi, permasalahan ini justru harus diberi perhatian lebih karena dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan.
Mengapa? Karena air dan segala objek yang mengalir di sungai akan bermuara di laut.
Lebih lanjut, sungai juga memiliki anak yang bercabang-cabang seperti Sungai Cikapundung yang adalah anak Sungai Citarum. Artinya, ada banyak sampah dari berbagai arah yang dibuang ke sungai akan ikut terbawa arus sungai menuju lautan yang luas.
Hal ini tidak menutup kemungkinan sampah-sampah tersebut disalahartikan oleh organisme yang hidup di laut sebagai “makanan” karena baunya yang sudah tercampur dengan bau air laut.
Seorang relawan yang kerap membersihkan aliran Sungai Cikapundung berkata bahwa sungai ini memiliki setidaknya empat rasa di titik yang berbeda, tergantung jenis sampah yang dibuang di sana.
Pertama, sampah dari peternakan di wilayah hulu. Kedua sampah rumah tangga dari pemukiman penduduk, dan ketiga ada sampah industri dari pabrik-pabrik. Ketiganya bersatu membentuk ‘rasa’ yang baru.
Tidak sampai di sana, manusia juga memanfaatkan air laut, mulai dari makanan hingga manfaat yang tidak tampak seperti mengendalikan laju suhu dan iklim di Bumi.
Sudah tidak asing lagi di telinga tentang fakta bahwa penghasil oksigen bukan hanya tumbuhan, tetapi juga laut, tepatnya oleh plankton di lautan. Meskipun kemudian oksigen tersebut lebih banyak habis digunakan di lautan, laut berperan penting dalam menyerap karbondioksida di atmosfer yang jumlahnya terlalu banyak seiring berjalannya waktu dan dampak perubahan iklim.
Bisa dibilang, permasalahan kebersihan sungai memiliki dampak jangka panjang, yang mana jika tidak segera ditangani, akan memberikan dampak buruk bagi kehidupan manusia sebagai “pelaku” kerusakan lingkungan sungai.
Seperti yang disebutkan sebelumnya oleh penulis, ada banyak pihak yang terlibat dalam permasalahan kebersihan sungai, berikut dalam penyelesaiannya untuk kehidupan yang lebih baik. Bukan hanya pemerintah, tetapi masyarakat juga punya andil dalam penyelesaian masalah kebersihan sungai ini.
Kita tidak bisa berteriak menyalahkan pemerintah dengan mendesak penyelesaian masalah ini. Masyarakat juga harus sadar bahwa kebersihan sungai akan berdampak pada diri mereka juga, bagaimana pun caranya.
Pemerintah di sisi lain juga harus sadar bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk kesejahteraan hidup masyarakat, salah satunya dalam hal pemenuhan hak atas air bersih, mengingat peran mereka selaku otoritas.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah adalah melakukan pengawasan terhadap perilaku masyarakat di sungai, menegakkan hukum bagi pelaku yang melanggar peraturan lingkungan sekaligus memperketat aturan yang ada, dan membangun infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam hal ini tempat penampungan sampah agar tidak dibuang begitu saja ke sungai.
Tidak hanya itu, ada pula pihak industri yang juga memiliki peran penting di sini. Tak bisa dipungkiri, revolusi industri adalah titik yang menjadi permulaan meningkatnya pemanasan global akibat emisi karbon yang dilepaskan mesin-mesin industri.
Bukan salah inovasinya, melainkan salah manusia yang gagal dalam menyikapi inovasi ini dengan bijak. Maka dari itu, pihak industri harusnya bisa mempertimbangkan alat produksi yang digunakan tidak membahayakan siapapun, termasuk ekosistem yang hidup di perairan.
Manusia bukan satu-satunya makhluk hidup di Bumi, maka dari itu manusia juga harus melibatkan dan mempertimbangkan kehidupan makhluk hidup lainnya dalam berbagai hal, salah satunya kegiatan industri. Memang sulit, karena akan selalu ada yang dikorbankan dalam hal memilih antara pembangunan untuk memajukan kehidupan atau pelestarian lingkungan untuk mempertahankan kesejahteraan lingkungan dan makhluk hidup.
Harus ada perhitungan dan pertimbangan yang dilakukan agar keduanya tidak dikorbankan karena manusia tentu ingin hidup di wilayah yang secara pembangunan dapat membantu dalam banyak hal, sekaligus bernapas dengan udara yang bersih dan cuaca yang normal.
Kolaborasi antara pihak-pihak yang memiliki peran penting ini harus ditingkatkan karena ketika semuanya memiliki satu pikiran dan tujuan, kebersihan sungai akan terjaga. Lebih lanjut, laut tidak akan terkontaminasi sampah, yang tentu saja tidak akan mengganggu kesehatan baik organisme yang hidup di laut dan manusia.
SHARE