TN Komodo Rumah bagi Kumpulan Pari Manta Terbesar di Dunia

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Selasa, 17 Mei 2022

Editor :

BETAHITA.ID - Melalui upaya kolaboratif termasuk masyarakat, para ilmuwan dari Marine Megafauna Foundation dan Universitas Murdoch melaporkan sejumlah besar pari manta di perairan Taman Nasional (TN) Komodo, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO Indonesia. Studi yang diterbitkan di PeerJ itu menunjukkan bahwa kawasan tersebut mungkin memegang kunci pemulihan regional dari spesies yang terancam.

Manta karang (Mobula alfredi), yang tumbuh hingga 5 meter, cenderung tinggal dan mencari makan di habitat pantai yang dangkal. Mereka juga mengunjungi 'stasiun pembersihan' di terumbu karang untuk mendapatkan parasit, atau kulit mati yang diambil oleh ikan-ikan kecil. Di TN Komodo, pari manta hadir sepanjang tahun, menantang komodo yang terkenal sebagai megafauna yang paling dicari pengunjung.

Para ilmuwan bekerja sama dengan komunitas operator selam yang melayani TN Komodo untuk mendapatkan sumber foto-foto identifikasi pari manta yang mengunjungi perairan taman dan mengirimkannya ke MantaMatcher.org, basis data online crowd sourced untuk manta dan pari lainnya. Sebagian besar foto berasal dari hanya empat lokasi dari lebih dari 20 yang biasa dikunjungi oleh kapal wisata.

"Saya kagum dengan betapa terbukanya komunitas penyelam lokal dalam membantu mengumpulkan data yang sangat dibutuhkan tentang hewan-hewan yang terancam ini. Dengan dukungan mereka, kami dapat mengidentifikasi lebih dari 1.000 individu pari manta dari lebih dari 4.000 foto," kata penulis utama Dr. Elitza Germanov.

Pari manta di terumbu TN Komodo./Foto: Andrea Marshall

Pari manta individu diidentifikasi oleh pola perut mereka yang unik dan terkadang mencolok. Andrea Marshall, ilmuwan utama dan salah satu pendiri Marine Megafauna Foundation melihat potensi untuk melibatkan masyarakat dengan pengumpulan data untuk hewan laut yang terancam dan kurang dipelajari ini dan bekerja dengan perusahaan perangkat lunak WildMe untuk mengembangkan platform database satwa liar online (MantaMatcher.org ) untuk mencocokkan dan membuat katalog pari manta di berbagai populasi di seluruh dunia.

"Orang-orang menyukai pari manta. Mereka adalah salah satu satwa paling ikonik di lautan kita. Meningkatnya jumlah orang yang terlibat dalam penyelaman SCUBA, snorkeling, dan munculnya kamera bawah air yang terjangkau membuat foto dan video diambil oleh publik selama liburan mereka. dapat digunakan untuk pengumpulan data skala cepat dan terjangkau", kata rekan penulis studi Dr. Andrea Marshall.

Foto-foto dan informasi waktu dan lokasi yang menyertainya kemudian digunakan untuk menyusun sejarah penampakan individu pari manta, yang kemudian dapat dianalisis dengan model pergerakan statistik. Model-model ini dapat memprediksi kemungkinan pari manta menghuni atau bepergian di antara situs-situs tertentu.

Hasil studi menunjukkan, beberapa pari manta bergerak di sekitar taman nasional dan yang lainnya sejauh KKL Nusa Penida (>450 km ke barat). Tetapi secara keseluruhan, pari manta menunjukkan preferensi individu untuk situs tertentu di dalam taman nasional.

"Saya merasa sangat menarik bagaimana beberapa pari manta tampaknya lebih suka menghabiskan waktu mereka di beberapa situs daripada yang lain, bahkan ketika situs tersebut berjarak 5 km, yang merupakan jarak pendek untuk pari manta", kata Dr. Elitza Germanov.

"Ini berarti pari manta yang lebih memilih lokasi di mana kegiatan penangkapan ikan terus terjadi atau yang lebih populer dengan pariwisata akan menanggung dampak yang lebih besar" tambahnya.

Kegiatan penangkapan ikan telah dilarang di banyak wilayah pesisir di dalam TN Komodo sejak 1984, termasuk di habitat pari manta, menawarkan beberapa perlindungan bagi pari manta yang mendahului perlindungan nasional pada 2014.

Namun, karena aktivitas penangkapan ikan ilegal dan pergerakan pari manta ke perairan yang banyak ditangkap, pari manta terus menghadapi sejumlah ancaman dari perikanan. Sekitar 5 persen dari pari manta Komodo mengalami luka permanen yang kemungkinan disebabkan oleh kontak dengan alat tangkap.

Popularitas TN Komodo untuk pariwisata tumbuh selama penelitian, menghasilkan peningkatan 34 persen kapal pariwisata yang mengunjungi situs pari manta. Peningkatan aktivitas berperahu dan aktivitas penyelam dan snorkeling yang berlebihan dapat berdampak negatif terhadap pari manta dan habitatnya. Pada 2019, otoritas Tn Komodo memberlakukan batasan jumlah perahu dan orang yang mengunjungi salah satu situs manta paling terkenal.

“Studi ini menunjukkan bahwa tempat-tempat yang biasa dikunjungi wisatawan untuk mengamati pari manta penting bagi hewan untuk mencari makan, membersihkan, dan kawin. Artinya, Taman Nasional Komodo harus membuat langkah-langkah untuk membatasi gangguan di tempat-tempat tersebut,” kata Ande Kefi, seorang pegawai TN Komodo yang terlibat dalam penelitian ini.

“Saya berharap studi ini akan mendorong operator pariwisata untuk memahami perlunya peraturan yang sudah diberlakukan dan meningkatkan kepatuhan,” tambahnya.

Penulis penelitian ini membuat rekomendasi tambahan untuk meningkatkan konservasi pari manta di Tn Komodo, yang juga dapat menjadi pedoman untuk habitat pari manta di tempat lain di dunia. Membatasi jumlah perahu wisata yang diperbolehkan pada satu waktu di semua lokasi agregasi manta ray dan membuat kode etik untuk menyelam dan snorkeling dengan pari manta wajib diusulkan sebagai cara untuk meminimalkan dampak dari pariwisata.

Terlepas dari sejarah Indonesia dengan perikanan pari manta yang intensif, Tn Komodo masih mempertahankan agregasi pari manta yang besar yang dengan pengelolaan berkelanjutan yang hati-hati dan pengurangan ancaman akan menguntungkan populasi pari manta regional. Studi ini menyoroti bahwa kawasan lindung laut yang cukup besar untuk menampung habitat penting pari manta adalah alat yang bermanfaat untuk konservasi pari manta.

Phys.org

SHARE