Munni, Gelombang Panas dan Kegagalan Pemerintah India
Penulis : Tim Betahita
Perubahan Iklim
Sabtu, 07 Mei 2022
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Musim panas yang terik di India menambah risiko baru tahun ini. Tantangan yang menguras energi telah diatasi oleh perempuan adat bernama Munni Adhivasi setiap hari selama dua dekade, dengan susah payah berkilometer untuk membawa air untuk dibawa pulang, hanya saja beberapa tahun ini itu semakin sulit.
Munni menangis ketika mencerca kegagalan pemerintah menyediakan air minum untuk lebih dari 200 keluarga suku di dusunnya Hinauti di Uttar Pradesh utara. "Yang bisa saya pikirkan adalah berapa banyak perjalanan yang harus saya lakukan untuk membawa air yang dibutuhkan untuk minum dan memasak untuk empat anak dan tiga kambing," katanya seperti ditulis apik oleh REPUBLIKA.
Munni termasuk di antara sekelompok perempuan dan anak-anak dari empat desa yang mengambil air dari sebuah waduk di samping tambang tempat banyak suami mereka mencari pekerjaan sehari-hari. "Bor untuk mengambil air adalah bentuk hukuman terburuk yang dijatuhkan kepada kami," kata Munni yang berusia kurang lebih 30-an tahun.
Munni membawa pulang 30 liter air sendirian untuk keluarga dan ternaknya. Jumlah itu hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari saja. Tapi musim panas tahun ini, kondisi terik bahkan menurut standar India dengan suhu melebihi 40 derajat Celcius di banyak daerah di awal musim, menambah risiko dehidrasi dan serangan panas pada kesengsaraannya.
Gelombang panas telah menewaskan lebih dari selusin orang di seluruh negeri sejak akhir Maret. Kondisi suhu yang semakin panas pun membuatnya sering kali merasa khawatir dan takut mati.
India telah mendesak para pejabatnya untuk menyusun rencana aksi memperbaiki kenaikan suhu. Pemerintah pun bekerja untuk meningkatkan pasokan air minum menjadi lebih dari 50 liter sehari untuk setiap orang di pedesaan pada tahun 2024.
Untuk mencapai tujuan ini, pemerintah memanfaatkan sumber daya yang ada dan meningkatkan tingkat air tanah. Menurut data pemerintah pada 2019, air tanah telah turun 61 persen dalam dekade sejak 2007.
Tapi, Munni tidak melihat penyelesaian cepat dari cobaan yang harus setiap hari ditanggungnya. "Ada beberapa keran air yang dipasang, tapi tidak ada setetes air pun yang menetes darinya,” katanya.
SHARE