Jelang COP26, Inggris Desak Negara Dunia Lekas Atasi Krisis Iklim
Penulis : Kennial Laia
Perubahan Iklim
Jumat, 29 Oktober 2021
Editor : Sandy Indra Pratama
BETAHITA.ID - Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste Owen Jenkins menyerukan agar negara-negara di dunia segera membuat komitmen pengurangan emisi yang ambisius. Tindakan nyata juga diperlukan untuk mencegah bencana iklim seperti diperingatkan para ilmuwan.
Dalam pidatonya pada media briefing, Kamis, 28 Oktober 2021, Jenkins mengatakan, saat ini semua negara harus berkomitmen untuk mengambil tindakan nyata terkait empat aspek yang sangat penting untuk menjaga suhu bumi pada 1,5 derajat celcius. Serta mencapai emisi nol pada 2050.
Aksi itu adalah menghapus penggunaan batu bara, membuat transportasi menjadi nol emisi, menghentikan deforestasi, serta memenuhi janji keuangan untuk mendukung transisi energi global. Ini untuk membantu negara-negara beradaptasi dengan dampak perubahan iklim yang sudah tak terhindarkan.
Pidato Jenkins diadakan menjelang berlangsungnya konferensi tingkat tinggi perubahan iklim (COP26) di Glasgow, sejak 31 Oktober hingga 12 November. Konferensi kali ini krusial karena negara akan membawa target iklim yang terangkum dalam Nationally Determined Contributions (NDC), yang diamanatkan dalam Perjanjian Paris 2015.
Perjanjian Paris disepakati pada COP21 di Paris pada 2015. Dalam kerangka tersebut, negara-negara berkomitmen untuk merancang target iklim dan pengurangan emisi. Langkah tersebut untuk mencapai target Perjanjian Paris, yakni membatasi kenaikan suhu bumi pada 1.5C pada 2100. Topik ini akan menjadi salah satu pembahasan utama dalam konferensi iklim tahun ini.
“Kita membutuhkan hasil negosiasi yang menerapkan sistem yang akan mempercepat kemajuan hingga 2030. Itu membutuhkan finalisasi Paris Rulebook, termasuk pasal tentang perdagangan karbon, membantu dunia bekerja sama untuk mengurangi emisi dengan biaya rendah,” kata Jenkins kepada wartawan, Kamis, 28 Oktober 2021.
Jenkins juga mendesak agar negara-negara berinvestasi dalam energi bersih serta menghentikan penggunaan batu bara—2030 untuk negara maju dan 2040 untuk negara berkembang. Menurutnya, Inggris telah berkomitmen untuk mengakhiri pembangkit listrik tenaga batu bara pada 2024.
Aksi penting yang perlu dilakukan negara-negara di dunia adalah transisi ke kendaraan listrik dan meninggalkan kendaraan berpolusi paling lambat pada 2035; pemulihan alam dan habitat, serta penghentian deforestasi 2030.
Negara maju juga perlu memenuhi komitmen mereka untuk memobilisasi setidaknya $100 miliar dalam pendanaan iklim per tahun untuk negara berkembang. Inggris telah berkomitmen sebesar £11,6 miliar dalam pendanaan iklim internasional selama lima tahun ke depan. Kerangka kerja global juga perlu ditetapkan agar triliunan dana swasta dapat mengalir.
“Kita membutuhkan pengurangan emisi dan nol bersih yang cepat dan segera untuk dicapai pada pertengahan abad ini atau lebih cepat. Untuk memenuhi tujuan ini semua negara di dunia perlu bekerja sama dan masing-masing memiliki kontribusi untuk dibuat. Kita tidak bisa melawan perubahan iklim jika hanya negara maju yang bertindak,” tutur Jenkins.
“Pertumbuhan ekonomi hijau mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi, paling inklusif dan paling berkelanjutan. Era energi baru terbarukan yang bersih dan murah telah tiba,” tambahnya.
Jenkin juga mengatakan pihaknya mengapresiasi keterbukaan Indonesia dalam mempertimbangkan ambisi yang lebih tinggi menuju nol bersih 2050 dan penghapusan batu bara dengan lebih cepat.
“Saya mendorong Indonesia untuk seambisius mungkin di COP ini – untuk menyelamatkan planet kita. Bekerja sama dalam perubahan iklim dan pembangunan rendah karbon akan tetap menjadi bagian penting dari hubungan Inggris dan Indonesia di tahun-tahun mendatang,” kata Jenkins.
“Saya yakin bahwa Indonesia akan terus menunjukkan kepemimpinan di bidang ini dan kita akan melihat keberhasilan lebih lanjut sebagai hasil dari kepemimpinan ini dan kemitraan kami.”
SHARE