“Luasan kawasan rumah semut mencapai 29 hektare. Untuk sementara, baru 6-8 hektare yang difokuskan pengelolaannya sebagai lokasi wisata,” kata Kepala Kampung Salor Dua Tohaman, seperti dikutip Jubi, Rabu (29/1/2020)
Ini Upaya Masyarakat Lestarikan Musamus
Penulis : Betahita.id
Biodiversitas
Jumat, 24 April 2020
Editor :
BETAHITA.ID - Musamus atau rumah semut berukuran raksasa merupakan atraksi wisata khas Merauke. Sebenarnya gundukan tanah menjulang sampai 2 meter ini adalah sarang hewan sejenis rayap Macrotermes sp.
Musamus bisa dijumpai di sejumlah tempat seperti di kawasan hutan di jalan menuju perbatasan Merauke dengan Papua Nugini atau di Kampung Salor Dua, Distrik Kurik.
Pemerintah Kampung Salor Dua di Distrik Kurik mengalokasikan sekitar Rp245 juta dari dana desa untuk penataan kawasan rumah semut (musamus). Kawasan tersebut selama ini ramai dikunjungi warga dari luar kampung, terutama pada hari libur dan akhir pekan.
Musamus saat ini menjadi ikon bagi Kampung Salor Dua. Diperkirakan lebih dari 1.000 musamus di kampung tersebut.
“Saya pernah meminta Mahasiswa Unmus (Universitas Musamus, Merauke) saat KKN (kuliah kerja nyata), menghitung jumlah rumah semut. Jumlahnya sebanyak 800 rumah semut, tetapi itu belum semuanya. Perkiraan kami, ada lebih 1.000 rumah semut,” kata Tohaman.
Dia mengaku jumlah pengunjung terus meningkat ke kawasan musamus di Kampung Salor Dua. Itu sebabnya mereka mulai menata kawasan dengan membangun sejumlah fasilitas penunjang bagi wisatawan. “Banyak pengunjung datang berekreasi atau sekadar berfoto-foto (di kawasan musamus).”
Selain musamus, Pemerintah Kampung Salor Dua menata Wawan, sebuah kawasan batu milik pemilik ulayat. Kawasan tersebut juga menjadi ikon kampung. “Kami mengalokasikan sekitar Rp80 juta untuk penataan dan penambahan fasilitas.”
Anggota DPRD Merauke Moses Kaibu mendukung langkah Pemerintah Kampung Salor Dua dalam menata musamus sebagai kawasan wisata . “Saya kira perlu perhatian dari dinas terkait, dengan mendukung gebrakan masyarakat di Kampung Salor Dua.”
SHARE