Kebakaran Hutan di Australia diklaim Melebihi Kebakaran Amazon
Penulis : Redaksi Betahita
Karhutla
Selasa, 07 Januari 2020
Editor : Redaksi Betahita
Betahita.id – Kebakaran hebat di Australia telah menelan paling tidak 25 korban jiwa dan menghanguskan hampir enam juta hektare lahan di berbagai wilayah.
Luas lahan yang terbakar di Australia tahun ini bahkan diklaim melebihi dampak kebakaran di hutan Amazon. Pada Agustus 2019, api membakar 2.5 juta hektare wilayah hutan hujan tropis, atau sekitar setengah dari total lahan terbakar di Australia.
Baca Juga: Peladang Jadi Terdakwa Karhutla, AMAN: Mereka Bukan Penjahat Lingkungan
Setiap tahunnya, Australia mengalami kebakaran hutan dan lahan. Namun, kebakaran yang bermula sejak Agustus 2019 ini merupakan yang paling kritis. Kekeringan akibat musim kemarau yang panjang menjadi penyebab utama. Tahun ini, Australia juga mencatat suhu tertinggi selama musim panas dalam sejarah.
Wilayah bagian timur yang padat populasi, seperti New South Wales dan Victoria merupakan dua area paling terdampak akibat kebakaran tersebut. Akibatnya, sekitar 2.000 rumah hancur di New South Wales, dan ratusan ribu jiwa terpaksa mengungsi. Setengah miliar hewan ternak habis dilalap api dan kota-kota besar diselimuti asap tebal, seperti Melbourne dan Sydney.
Kerugian ekonomi
Senin, 5 Januari 2019 waktu setempat, hujan lebat mengguyur pesisir timur Australia, dari Sydney hingga Melbourne. Sebagian besar api pun mulai padam, namun masih ada beberapa titik yang terbakar.
Pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat juga mulai menghitung kerugian ekonomi akibat kebakaran. Dikutip Sdyney Morning Herald, Ketua Analisis Ekonomi SGS Economics and Planning Terry Rawnsley memperkirakan kerugian langsung dari wilayah terdampak api berkisar $1.1 miliar – $1.9 miliar. Kerugian itu termasuk kerugian dari hilangnya pendapatan dari sektor pariwisata, pertanian, dan ritel.
Rawnsley menambahkan, asap kebakaran yang menimpa sejumlah kota besar di Australia kemungkinan telah mengurangi pemasukan ekonomi nasional sebesar $500 juta sejak awal musim panas, termasuk hilangnya produktivitas dan kesehatan yang buruk.
“Dampak ekonomi (dari kebakaran dan asap) berkisar di angka $1.5 hingga $2.5 miliar,” ujar Rawnsey pada Selasa, 7 Januari 2020.
Menteri Pertanian Australia memperkirakan, kerugian ternak dapat melebihi 100.000 ekor sapi. Namun hingga saat ini, petani dan peternak sapi masih menghitung kerugian akibat kebakaran.
Sementara itu, perusahaan analis pasar pertanian Mecardo memetakan sekitar 8.6 juta domba dan 2.3 juta sapi berada di lokasi terdampak seperti Victoria dan New South Wales. Angka itu menyumbang 12 persen dari kawanan domba dan 9 persen kawanan sapi dari total produksi secara nasional di Australia.
Namun kerugian itu masih terlalu awal untuk disebut final. Menurut analis pasar Matt Dalgleish, butuh waktu berbulan-bulan sebelum angka kerugian sebenarnya dapat diungkap.
“Area terdampak akibat kebakaran jauh lebih besar dari banjir di Queensland, dan butuh waktu tiga bulan untuk mengetahui jumlah ternak yang hilang dari banjir tersebut,” ujar Dalgleish, dikutip abc.net.au pada 7 Januari 2020.
Baca Juga: Koalisi Anti-Mafia Hutan: Industri Pulp Perparah Risiko Karhutla
Ancaman api masih ada
Walau sempat mereda karena hujan, pemerintah dan para ahli masih mengantisipasi naiknya suhu dan kebakaran kembali terjadi dalam skala yang lebih besar.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan pemerintah telah menambah dana sebesar AUS$2 miliar untuk biaya penanganan api. Sebelumnya Pemerintah Australia mengatakan akan mengalokasikan AUS$10 juta.
“Kebakaran masih terjadi. Dan masih akan terus berlangsung hingga berbulan-bulan ke depan,” kata Morrison pada Senin, 6 Januari 2020, dikutip DailyMail.
Hingga saat ini masih ada 135 kebakaran di seluruh wilayah New South Wales, termasuk 70 titik yang tidak dapat ditangani.
SHARE