Baen Diduga Sempat Melawan Penganiayanya
Penulis : Redaksi Betahita
Konservasi
Kamis, 05 Juli 2018
Editor : Redaksi Betahita
SERUYAN, BETAHITA.ID — Orangutan jantan malang bernama Baen diduga dianiaya habis-habisan sebelum akhirnya ditemukan mati di kanal perkebunan PT Wana Sawit Subur Lestari (WSSL) II Best Agro Group, Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, Senin (1/4/18) lalu. Dugaan itu didasarkan atas hasil analisis terhadap sejumlah luka fisik yang terdapat di beberapa bagian tubuh Baen.
Berita terkait:
- Pembunuhan Orangutan: Sejauh-jauhnya Baen Ditranslokasi, Matinya di Kebun Itu Juga
- Pembunuhan Orangutan: Ditranslokasi 2014, Baen Ditemukan Mati dengan 7 Peluru di Kebun Best Agro Group
Manager Perlindungan Habitat dari Center for Orangutan Protection (COP), Rahmadani menuturkan, menurut hasil nekropsi terdapat sekitar 13 luka fisik ditemukan di tubuh Baen, baik berupa sayatan, tusukan, patah tulang, tembakan, dan luka lainnya.
“Diduga terjadi proses perkelahian antara orangutan dan manusia. Kita tidak bisa menyimpulkan berapa pelaku penganiayaan terhadap Baen. Tapi dari analisis pengalaman kasus pembunuhan orangutan-orangutan sebelumnya, belum pernah kita mendengar itu dilakukan sendirian. Setidaknya dua orang,” kata Rahmadani, Kamis (5/7/18).
Rahmadani menguraikan, jempol tangan kanan yang hilang, luka terbuka di jari telunjuk tangan kanan, luka terbuka di pergelangan tangan kiri, luka terbuka di telapak kaki kiri, dan luka terbuka di telunjuk kaki kiri kemungkinan akibat benda tajam.
“Kemungkinan yang terjadi adalah orangutan ini melakukan perlawanan terhadap pelaku yang menggunakan benda tajam untuk melukai. Karena orangutan secara naluri akan melakukan perlawanan dengan menggunakan tangan dan kaki.”
Luka kedua berupa bekas ikatan di pergelangan kaki kanan, dan luka terbuka di telapak kaki kanan, menurut analisanya, diduga akibat jeratan tali, baik sebelum maupun sesudah orangutan tertangkap.
Berikutnya untuk luka terbuka di punggung tangan kanan, luka terbuka di pinggang dan tubuh bagian kiri, luka terbuka di punggung kiri, luka terbuka di lengan kiri, luka terbuka di betis kiri, luka tusukan di punggung kanan. Rahmadani menduga merupakan luka akibat perlawanan orangutan terhadap pelaku. “Pelaku menggunakan benda tajam dan menyerang secara acak terhadap tubuh orangutan. Kemungkinan serangan acak itu dilakukan dalam kondisi panik,” kata dia.
“Lalu ditemukan peluru senapan angin di pinggang kiri 2 butir, di jari tengah kaki kiri 1 butir, di bagian kepala 2 butir dan di lengan kanan 2 butir. Kalau tentang ini, masih perlu penelusuran. Apakah peluru yang ada merupakan baru atau memang sudah lama. Namun jika memang peluru baru dipastikan Baen ditembak dari jarak jauh mengingat peluru yang bersarang berada secara acak pada tubuh Orangutan tersebut. Jika memang ditembak dalam jarak dekat tentu akan terarah pelurunya.”
Temuan terakhir, yakni bekas patah tulang lengan kanan yang sudah tersambung. Rahmadani memperkirakan patah tulang tersebut diperkirakan terjadi dari suatu peristiwa yang dialami pada kurang lebih 3 bulan lalu.
Menurut Rahmadani, ada sedikitnya 3 kejadian yang dialami Baen, yang jaraknya lumayan jauh. Pertama Baen ditranslokasi oleh Orangutan Foundation International (OFI) pada 2014 lalu. Kedua, Baen menderita patah tulang, yang diperkirakan terjadi 3 bulan lalu berdasarkan pemeriksaan tim dokter hewan OFI. Kejadian ketiga adalah kejadian yang menyebabkan Baen mengalami luka yang berujung pada kematian. “Kita tidak tahu apa yang menyebabkan patah tulang. Bisa konflik dengan manusia, bisa konflik antarsatwa atau diakibatkan oleh diri sendiri.”
Seperti diberitakan sebelumnya, Baen orangutan jantan berusia kurang lebih 20 tahun ditemukan mati di kanal di dalam areal perkebunan PT WSSL II, Desa Tanjung Hanau, Kecamatan Hanau, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah. Baen ditemukan dalam kondisi banyak luka fisik berupa tusukan dan sayatan. Bahkan terdapat 7 butir peluru senapan angin yang tertanam di beberapa bagian tubuhnya.
RADEN ARIYO WICAKSONO/BETAHITA.ID
SHARE