Pembakaran Bahan Bakar Fosil Ancam Kesehatan 1,6 Miliar Orang

Penulis : Kennial Laia

Krisis Iklim

Minggu, 28 September 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Pembakaran bahan bakar fosil tidak hanya merusak iklim dunia; hal ini juga mengancam kesehatan setidaknya 1,6 miliar orang melalui polutan beracun yang dihasilkannya, menurut sebuah data iklim terbaru.

Karbon dioksida, gas rumah kaca utama dari pembakaran bahan bakar fosil, tidak secara langsung merusak kesehatan, namun menyebabkan pemanasan global. Namun, pembakaran batu bara dan minyak untuk pembangkit listrik, serta pembakaran bahan bakar fosil di fasilitas industri, mencemari udara dengan partikel yang disebut PM2.5, yang menimbulkan dampak kesehatan yang serius jika dihirup.

Peta interaktif baru dari Climate Trace, sebuah koalisi akademisi dan analis yang melacak polusi dan gas rumah kaca, menunjukkan bahwa PM2.5 dan racun lainnya tersebar ke udara di dekat rumah-rumah sekitar 1,6 miliar orang. Dari jumlah tersebut, sekitar 900 juta berada di jalur fasilitas industri yang “sangat mengeluarkan emisi” – termasuk pembangkit listrik, kilang, pelabuhan, dan pertambangan – yang menghasilkan udara beracun dalam jumlah besar.

Organisasi ini menyoroti 10 wilayah perkotaan yang paling terkena dampak buruk emisi super, termasuk Karachi di Pakistan; Guangzhou di Tiongkok; Seoul di Korea Selatan; dan New York di AS, tempat para pemimpin dari seluruh dunia bertemu minggu ini untuk sidang umum PBB.

Salah satu sumber polusi udara berasal dari pembakaran batu bara di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menghasilkan listrik untuk kebutuhan manusia. Foto: PBB

Al Gore, mantan wakil presiden AS dan salah satu pendiri Climate Trace, mengatakan ada hubungan yang jelas antara kesehatan manusia dan pembakaran bahan bakar fosil. "Fasilitas yang menggunakan bahan bakar fosil merupakan sumber polusi yang memerangkap panas dan memicu krisis iklim - dengan menggunakan langit seolah-olah itu adalah saluran pembuangan terbuka. Polusi udara partikulat yang mereka hasilkan juga terbawa angin ke lingkungan sekitar dan menyebabkan kematian 8,7 juta orang per tahun," katanya. 

“Sekarang kita bisa melihat dengan jelas bagaimana dan di mana masyarakat terpapar polusi berbahaya ini, para pemimpin kita harus melakukan sesuatu untuk menguranginya,” kata Al Gore. 

Piranti pelacak iklim dari Climate Trace tersebut tersedia untuk umum, sehingga memungkinkan masyarakat melihat gumpalan polusi udara, yang terdeteksi dan dilacak oleh satelit dan sensor, yang mengalir ke udara di lebih dari 2.500 wilayah perkotaan, termasuk Jakarta. 

“Alat baru ini menunjukkan dengan sangat rinci hubungan langsung antara krisis iklim dan polusi udara yang merupakan ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat,” kata Gavin McCormick, salah satu pendiri Climate Trace. 

“Mengidentifikasi dan menunjukkan komunitas mana yang paling berisiko merupakan prioritas mendesak,” ujarnya. 

Setiap tahun, hampir 9 juta kematian secara ilmiah disebabkan oleh polusi PM2.5 di seluruh dunia. Para ilmuwan mengatakan mengidentifikasi dan menunjukkan komunitas mana yang paling berisiko merupakan prioritas yang mendesak.

SHARE