Aksi Draw the Line Tuntut Energi Bersih Segera

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Energi

Senin, 22 September 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Massa mahasiswa, pelajar, komunitas, dan jaringan masyarakat sipil di Bengkulu menggelar aksi kampanye iklim bertajuk "Draw The Line: Saatnya Energi Bersih, Bukan Janji!”, di simpang lima Kota Bengkulu, pada Minggu (21/9/2025). Aksi yang berlangsung sejak pukul 15.00 WIB ini merupakan bagian dari kampanye global yang diinisiasi oleh organisasi Iklim Internasional 350.org.

Koordinator aksi kampanye Draw The Line, Yayuk Anastasia, mengatakan, melalui aksi ini pihaknya mengajak masyarakat dunia untuk menarik garis batas terhadap penggunaan energi kotor seperti batu bara, minyak, dan gas, yang merupakan penyebab utama krisis iklim. Di Bengkulu, aksi ini menjadi sorotan penting karena masyarakat secara langsung merasakan dampak buruk keberadaan PLTU Teluk Sepang, sebuah pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara.

"Kami tidak ingin hanya janji-janji transisi energi. Kami ingin aksi nyata dan segera. PLTU telah merusak udara, tanah, air, dan kesehatan masyarakat Bengkulu," kata Yayuk, dalam sebuah keterangan tertulis, Minggu (21/9/2025).

Yayuk menyatakan keprihatinan atas semakin parahnya dampak perubahan iklim di Bengkulu. Pemanasan global yang diperparah oleh emisi dari pembakaran bau bara disebut telah menyebabkan cuaca ekstrem, banjir, longsor, dan kerusakan lingkungan lainnya.

Para peserta aksi Draw The Line membentangkan spanduk berisi pesan tentang perlindungan hutan di Bundaran Fatmawati, Kota Bengkulu, Minggu (21/9/2025). Foto: Istimewa.

Selain itu, lanjut Yayuk, limbah PLTU seperti Fly Ash and Bottom Ash (FABA) juga mencemari lahan permukiman warga, sehingga mengganggu lingkungan sekitar. Dari sisi kesehatan, warga di sekitar PLTU rentan mengalami penyakit pernapasan seperti infeksi saluran nafas akut (ISPA), asma, bahkan kanker akibat polusi udara yang tinggi.

Dalam orasinya, peserta aksi menekankan bahwa Bengkulu memiliki potensi besar untuk mengembangkan energi terbarukan. Karena terdapat beberapa sumber energi bersih yang bisa dimanfaatkan.

"Transisi energi bukan hanya mungkin, tapi harus dilakukan. Kita punya sumber daya, tinggal kemauan politik dan kebijakan yang berpihak pada rakyat dan lingkungan," kata Yayuk

Para peserta aksi Draw The Line Bengkulu mengeluarkan sejumlah tuntutan utama, yakni pemerintah pusat dan daerah untuk segera menghentikan ketergantungan pada PLTU bau bara dan energi fosil, serta memulai transisi energi bersih yang adil. Lalu, Presiden Republik Indonesia tidak memberikan izin baru untuk tambang bau bara, PLTU, dan proyek energi fosil lainnya.

Kemudian, aparat penegak hukum menindak tegas kejahatan lingkungan oleh industri bau bara sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009, dan Kementerian ESDM mempercepat implementasi energi baru terbarukan sebagaimana amanat UU No. 30 Tahun 2007 dan Perpres No. 112 Tahun 2022.

Yang terakhir, Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmen nyata dalam forum internasional seperti COP 30 di Belém, Brasil, untuk menghentikan energi kotor dan mengejar target Perjanjian Paris.

Aksi ini ditutup dengan pernyataan komitmen bersama dari seluruh peserta aksi, bahwa perjuangan melawan energi kotor adalah bagian dari perjuangan untuk kehidupan yang layak, sehat, dan berkelanjutan.

"Perubahan menuju energi bersih bukan pilihan lagi, tapi keharusan. Kami, masyarakat Bengkulu, berdiri di garis depan untuk memastikan masa depan yang hijau, bersih, dan berkeadilan," ujar Michelia Bano Syafitri, salah satu perwakilan massa aksi.

SHARE