Ada Hubungan Jahat antara Kualitas Tidur dan Polusi Udara
Penulis : Kennial Laia
Lingkungan
Minggu, 21 September 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pencemaran udara dapat memengaruhi kualitas tidur manusia. Dalam sebuah temuan tinjauan bukti internasional, para ilmuwan mengngkap bagaimana jumlah polutan di lingkungan menentukan seberapa nyenyak tidur seseorang.
Junxin Li dari Johns Hopkins University School of Nursing, yang memimpin tinjauan tersebut mengatakan, timnya mempelajari pola tidur orang dewasa lanjut usia yang tinggal di wilayah Baltimore, Amerika Serikat.
"Kualitas udara luar ruangan dapat berubah blok demi blok dan, di beberapa tempat tinggal, peneliti melihat asap knalpot dari lalu lintas di sekitar. Hal ini membawa kita pada sebuah pertanyaan sederhana namun kritis: apakah udara yang dihirup oleh lansia di dalam ruangan – dan juga di luar pintu depan – dapat memengaruhi seberapa baik mereka tidur?” kata Li.
Tim Li mempelajari penelitian dari seluruh dunia. Berfokus pada orang-orang yang berusia di atas 45 tahun, mereka menemukan 25 penelitian berkualitas tinggi sejak 2015. Penelitian ini mengamati 1,2 juta orang di enam negara termasuk Tiongkok, India, Amerika Serikat, dan Jerman.

"Kaitannya lebih kuat dan lebih luas dari yang kami perkirakan. Dari puluhan penelitian, paparan jangka panjang terhadap polutan luar ruangan seperti polusi partikel, nitrogen dioksida, dan bahkan karbon dioksida dikaitkan dengan kualitas tidur yang lebih pendek atau lebih rendah," kata Li.
Beberapa penelitian mengukur tidur dengan perangkat yang dikenakan di pergelangan tangan, sementara penelitian lainnya menggunakan wawancara. Mereka mengamati perubahan jangka pendek dalam polusi udara serta dampak paparan polusi udara selama bertahun-tahun.
Sembilan studi memiliki pendekatan serupa, memungkinkan Li dan tim mengumpulkan data untuk membuat satu studi meta baru. Hasil ini dapat digunakan untuk memprediksi beban masalah tidur terkait polusi dan manfaat dari tindakan udara bersih di lokasi lain.
“Kami dapat menyimpulkan bahwa mengurangi setengah polusi partikel rata-rata (PM2.5) – dari tingkat yang biasa ditemukan di sepanjang jalan-jalan sibuk di London hingga pedoman Organisasi Kesehatan Dunia – dapat mengurangi kemungkinan kurang tidur pada orang dewasa paruh baya dan lanjut usia sekitar satu dari 10,” kata Li.
Orang lanjut usia lebih cenderung menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah. Meskipun demikian, tim hanya menemukan enam penelitian berkualitas tinggi yang mengamati polusi udara dalam ruangan dan tidur, yang sebagian besar dilakukan di Tiongkok. Masyarakat yang menggunakan bahan bakar padat, seperti kayu atau batu bara, untuk pemanasan dan memasak dibandingkan dengan mereka yang menggunakan bahan bakar ramah lingkungan.
Pengguna bahan bakar padat memiliki kualitas tidur yang lebih buruk, termasuk insomnia dan durasi tidur yang pendek. Sebuah penelitian menemukan bahwa menggunakan ekstraktor atau membuka jendela saat memasak mengurangi dampaknya pada tidur.
“Kebijakan udara bersih saat ini terutama berfokus pada sumber udara luar, namun temuan kami memperjelas bahwa agenda tersebut harus diperluas,” kata Li.
Meskipun desain pemanas kayu dan batu bara berbeda-beda di seluruh dunia, penelitian di Inggris menemukan bahwa polusi partikel bocor dari kompor ke dalam rumah. Penelitian lain di Inggris menemukan polusi udara dalam ruangan akibat memasak, dan terutama saat memasak dengan gas fosil.
"Kualitas udara – baik di luar ruangan maupun di dalam rumah – merupakan penyebab masalah tidur yang kurang diketahui pada usia paruh baya dan lanjut usia," kata Li.
"Tidur itu sendiri harus diperlakukan sebagai indikator kesehatan inti ketika peraturan lingkungan dievaluasi, karena udara yang lebih bersih tidak hanya melindungi paru-paru dan jantung, tetapi juga membantu orang tidur, mendukung kognisi, suasana hati, dan ketahanan keseluruhan di kemudian hari," ujarnya.
SHARE