PBB: Bumi makin Panas, Pekerja Kian Berisiko
Penulis : Kennial Laia
Krisis Iklim
Selasa, 26 Agustus 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Pemerintah dan pengusaha harus mengambil tindakan segera untuk membantu melindungi kesehatan pekerja yang semakin terpapar panas ekstrem di seluruh dunia, kata sejumlah badan PBB.
Krisis iklim membuat gelombang panas menjadi lebih sering dan intens, dan pekerja di seluruh dunia telah merasakan dampaknya pada kesehatan mereka, menurut laporan terbaru dari badan PBB. Laporan tersebut menemukan bahwa produktivitas pekerja turun sebesar 2 hingga 3 persen untuk setiap derajat di atas 20°C.
Risiko kesehatan termasuk sengatan panas, dehidrasi, disfungsi ginjal, dan gangguan neurologis, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Asosiasi Meteorologi Dunia (WMO).
“Stres akibat panas telah membahayakan kesehatan dan mata pencaharian miliaran pekerja, terutama di komunitas yang paling rentan,” kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Promosi Kesehatan, Pencegahan dan Perawatan Penyakit, Jeremy Farrar.

Pekerja manual di sektor-sektor seperti pertanian, konstruksi dan perikanan telah menderita dampak suhu yang berbahaya. Adapun populasi rentan termasuk anak-anak, orang lanjut usia, dan masyarakat berpenghasilan rendah di negara-negara berkembang, merupakan kelompok yang paling berisiko, tambah mereka.
Berdasarkan penelitian selama lima dekade, laporan ini menyoroti bagaimana kenaikan suhu berdampak buruk terhadap kesehatan dan produktivitas.
WMO mengonfirmasi bahwa tahun 2024 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat, dengan suhu 1,55 derajat Celcius di atas suhu pra-industri, dan suhu tertinggi di siang hari di atas 40 °C menjadi hal biasa – dan di beberapa wilayah, bahkan melebihi 50 °C.
“Tekanan panas di tempat kerja telah menjadi tantangan masyarakat global, yang tidak lagi terbatas pada negara-negara yang terletak dekat dengan garis khatulistiwa – seperti yang ditunjukkan oleh gelombang panas baru-baru ini di Eropa,” kata Wakil Sekretaris Jenderal WMO Ko Barrett.
“Perlindungan pekerja dari panas ekstrem bukan hanya merupakan keharusan kesehatan namun juga kebutuhan ekonomi,” ujarnya.
Lembaga-lembaga PBB tersebut menyerukan pedoman dan rencana aksi terhadap panas yang disesuaikan dengan wilayah dan industri, memprioritaskan perlindungan pekerja paruh baya dan lanjut usia, pekerja dengan kondisi kesehatan kronis, dan individu dengan kebugaran fisik rendah.
Mereka juga menyerukan pendidikan yang lebih baik bagi petugas kesehatan dan responden pertama, karena tekanan panas sering kali salah didiagnosis.
Pedoman tersebut dibuat berdasarkan temuan Organisasi Buruh Internasional (ILO) baru-baru. Menurut organisasi tersebut, lebih dari 2,4 miliar pekerja terpapar panas berlebih secara global, yang mengakibatkan lebih dari 22,85 juta kecelakaan kerja setiap tahunnya.
“Laporan ini merupakan tonggak penting dalam respons kolektif kita terhadap meningkatnya ancaman panas ekstrem di dunia kerja,” kata Kepala Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan Kerja ILO, Joaquim Pintado Nunes.
“Pedoman baru ini menawarkan solusi praktis dan berbasis bukti untuk melindungi kehidupan, mengurangi kesenjangan, dan membangun tenaga kerja yang lebih tangguh di dunia yang memanas," kata Nunes.
SHARE