Indonesia Susun Peta Jalan Dekarbonisasi Industri

Penulis : Kennial Laia

Iklim

Senin, 25 Agustus 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Kementerian Perindustrian merumuskan peta jalan dekarbonisasi industri demi mewujudkan industri nasional yang kompetitif dan beremisi rendah. Langkah tersebut juga menjadi bagian dari komitmen Indonesia untuk mencapai target emisi nol bersih pada 2060 atau lebih awal. 

Pada 2023, sektor industri menyumbang 34 persen emisi nasional. Di sisi lain, sektor ini juga menjadi motor penggerak ekonomi dengan kontribusi 18,9 persen produk domestik bruto dan menyerap lebih dari 19,3 juta tenaga kerja. 

Kepala Pusat Industri Hijau Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha mengatakan, peta jalan tersebut telah disusun untuk sembilan subsektor industri. Proyeksi pengurangan emisinya signifikan, sebesar 66,5 juta tCO2e emisi pada 2035 dan 289,7 juta tCO2e emisi pada 2050​. 

“Dokumen ini masih bersifat living document dan akan terus dilengkapi untuk sektor-sektor yang saat ini belum terlingkup,” kata Apit di Jakarta, Jumat, 22 Agustus 2025. 

Ilustrasi emisi karbon (wikipedia)

Peta jalan tersebut mencakup sembilan subsektor yang lahap energi, yaitu semen, besi dan baja, pupuk, kimia, pulp dan kertas, tekstil, kaca dan keramik, otomotif, serta makanan dan minuman. Berdasarkan dari profil emisinya, 46 persen emisi di industri manufaktur berasal dari energi yang dibangkitkan secara langsung, 16 persen dari pembelian listrik, dan 38 persen dari proses kimiawi pada proses produksi dan aplikasi produk. 

Pada Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) yang dihelat pada 20-22 Agustus, Kementerian Perindustrian juga mengumumkan rencana penerbitan Peraturan Menteri Peta Jalan Dekarbonisasi Industri secara bertahap untuk setiap subsektor September tahun depan. 

Chief Executive Officer Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan, pihaknya turut terlibat dalam  menyusun peta jalan dekarbonisasi industri di empat sektor yaitu tekstil, kaca dan keramik, otomotif, serta makanan dan minuman.

Menurut Fabby, praktik ekonomi rendah karbon dapat meningkatkan daya dukung lingkungan dan mendorong pertumbuhan ekonomi dengan estimasi rata-rata peningkatan PDB hingga sebesar 5,11 persen pada 2060.

“Implementasi peta jalan tidak hanya memastikan produk Indonesia berdaya saing di pasar ekspor, tetapi juga menarik investasi baru, meningkatkan produktivitas, menekan biaya operasional, serta memperkuat kemandirian energi melalui pemanfaatan energi terbarukan,” kata Fabby. 

“Dampak lainnya dari industri yang minim emisi adalah dapat membuka jalan bagi berkembangnya industri manufaktur hijau dan penciptaan lapangan kerja baru,” ujarnya.=

Country Director WRI Indonesia Nirarta Samadhi mengatakan, pencapaian peta jalan dekarbonisasi industri bertumpu pada tiga pilar. Di antaranya, energi dan material rendah karbon yang terjangkau dan andal; pendanaan dan insentif hijau; dan kebijakan dan regulasi terpadu yang memberi arah dan menciptakan iklim mendukung seperti standar emisi, label produk hijau, dan pasar domestik produk rendah karbon. 

“Capaian ini hanya bisa dicapai apabila kita membangun sebuah ekosistem industri hijau yang menyeluruh, di mana energi, pembiayaan, serta regulasi berjalan saling mendukung.” 

SHARE