Orangutan dan Orang Kota, Apa yang Mirip?

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Sabtu, 23 Agustus 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Sama seperti spesies langka dan ikonik lainnya, orangutan juga punya hari spesialnya, yakni 19 Agustus. Tanggal itu dikenal sebagai Hari Orangutan Sedunia.

Peringatan Hari Orangutan Sedunia ini harus jadi perayaan spesial bagi masyarakat di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan rumah terbesar bagi keluarga pongo. Indonesia memiliki tiga spesies orangutan sekaligus, terbanyak di dunia, yakni yakni orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), orangutan sumatra (Pongo abelii), dan orangutan tapanuli (Pongo tapanuliensis).

Menurut Borneo Orangutan Survival International Foundation (BOSF), orangutan dikenal sebagai salah satu primata besar yang memiliki kesamaan paling dekat dengan manusia. Dengan kemiripan DNA hingga 97%, bukan hal yang mengherankan bila perilaku dan kecerdasan mereka sering kali mencerminkan sisi manusiawi yang mengagumkan.

Menurut BOSF, terdapat setidaknya 10 fakta menarik mengenai kemiripan orangutan dengan manusia.

Orangutan memiliki “budaya”

Orangutan, satwa langka yang habitatnya di lanskap Mendawak kini terancam karena penebangan. Sumber: Tim Laman/Yayasan Palung

Para ilmuwan telah mencatat bahwa orangutan memiliki budaya, yaitu perilaku yang dipelajari dan diwariskan dari generasi ke generasi salah satunya melalui interaksi antara ibu dan anak. Contohnya adalah teknik membangun sarang, penggunaan alat, hingga kebiasaan mandi hujan dengan daun sebagai payung. Budaya ini bervariasi tergantung pada populasi dan wilayah tempat mereka tinggal, mirip dengan keragaman budaya manusia.

Kecerdasan yang sejajar dengan simpanse

Penelitian telah menunjukkan bahwa orangutan menempati peringkat tinggi dalam spektrum kecerdasan primata, sejajar dengan simpanse dan lebih tinggi daripada gorila. Mereka mampu memahami sebab-akibat, membuat perencanaan, dan bahkan menggunakan logika dasar.

Orangutan menggunakan alat, seperti manusia

Salah satu bentuk nyata dari budaya dan kecerdasan orangutan adalah kemampuannya menggunakan alat. Di alam liar, mereka terlihat menggunakan ranting untuk mendapatkan madu, membuka buah berduri, atau mengambil serangga dari batang pohon. Orangutan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah yang mencerminkan kecerdikan manusia purba.

Belajar dengan mengamati dan meniru

Orangutan adalah pembelajar visual. Mereka mengamati dan meniru perilaku induknya atau orangutan lain yang mereka anggap ‘ahli’. Anak-anak orangutan, misalnya, belajar membuat sarang, mencari makan, dan bahkan menggunakan alat dari ibunya.

Orangutan adalah primata “semi-soliter”

Berbeda dari primata lain seperti gorila yang hidup berkelompok, orangutan dikenal sebagai makhluk semi-soliter. Namun, mereka tetap membangun hubungan sosial yang kompleks dengan individu lainnya, terutama dalam kondisi tertentu seperti musim buah atau saat membesarkan anak.

Mereka merasakan empati dan keinginan untuk menghibur

Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa orangutan dapat merasakan empati. Mereka mencoba menghibur temannya yang sedang terluka atau kesepian dengan pelukan atau kontak fisik lembut. Perilaku ini mencerminkan sensitivitas emosional yang tinggi.

Masa kanak-kanak yang panjang, mirip anak manusia

Anak orangutan tinggal bersama induknya selama 7–8 tahun untuk belajar keterampilan bertahan hidup. Ini merupakan masa pengasuhan terpanjang di antara mamalia selain manusia.

Punya kepribadian unik

Seperti manusia, orangutan juga memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Mulai dari pemalu, ada yang pemberani, ada yang suka bersosialisasi, ada juga yang lebih suka menyendiri. Hal ini menunjukkan kompleksitas emosi dan keunikan individu mereka. Penelitian menggunakan pemetaan kepribadian untuk melihat bagaimana sifat ini berpengaruh pada kemampuan bertahan hidup mereka.

Berkomunikasi dengan suara dan gestur yang rumit

Orangutan menggunakan berbagai bentuk komunikasi, seperti vokalisasi bernama long call, gestur tangan, ekspresi wajah, hingga gerakan tubuh untuk menyampaikan maksud tertentu. Ini membentuk sistem komunikasi non-verbal yang kompleks dan efisien.

Adaptasi tinggi terhadap lingkungan

Orangutan sangat adaptif terhadap perubahan ketersediaan pangan. Mereka bisa memakan lebih dari 300 jenis makanan di alam liar, mulai dari buah, daun, kulit kayu, hingga serangga. Mereka juga mampu mengenali kapan dan di mana pohon tertentu akan berbuah.

BOSF menyatakan Hari Orangutan Sedunia merupakan momen penting untuk meningkatkan kesadaran, mendukung perlindungan hutan, dan mendorong kebijakan yang lebih baik demi keberlangsungan hidup spesies yang karismatik ini. Hal ini bukan hanya tentang menyelamatkan satu spesies, tetapi juga tentang melindungi kerabat dekat manusia yang memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan bumi. BOSF berharap Hari Orangutan Sedunia sebagai momentum untuk beraksi nyata bagi masa depan spesies langka dilindungi tersebut.

SHARE