Di Sini Meranti Dideforestasi, di Amerika Jadi Mobil Rekreasi
Penulis : Kennial Laia
Hutan
Rabu, 20 Agustus 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Investigasi Earthsight dan Auriga Nusantara mengungkap bahwa banyak kendaraan rekreasi (RV - recreational vehicle) favorit di Amerika Serikat didiga dibuat dari kayu-kayu yang menghancurkan hutan tropis alami Indonesia. Lembaran kayu lapis tropis lauan (meranti) digunakan pada dinding, lantai, dan langit-langit kendaraan rekreasi yang dibuat oleh merk-merk seperti Jayco dan Winnebago.
Temuan ini disampaikan Earthsight, lembaga nirlaba berbasis di Inggris, dan Auriga, lembaga nirlaba Indonesia, dalam laporan berjudul Unhappy Campers. Laporan tersebut mengungkap industri kendaraan rekreasi kini merupakan pengguna kayu tropis terbesar di Amerika Serikat, yang banyak di antaranya berasal dari penghancuran hutan hujan tropis di Indonesia.
“Indonesia telah kehilangan 23 juta hektar, atau 20%, hutan tropisnya sejak 1990, kerugian yang luar biasa besar terhadap iklim, ekosistem, dan masyarakat lokal pun adat Indonesia,” kata Timer Manurung, Ketua Auriga Nusantara, kepada media, Rabu (20/8). “Perusakan ini harus dihentikan. Saatnya pembeli, baik di Amerika Serikat maupun negara lainnya, memastikan tidak ada jejak deforestasi Indonesia pada rantai pasoknya.”
“Pemilik kendaraan rekreasi yang mencintai alam pasti terkejut mengetahui hobi mereka turut merusak hutan tropis,” kata Sam Lawson, Direktur Earthsight. “Produsen raksasa kendaraan rekreasi harus keluar dari tahun bayangan 80-an dan menerapkan standar keberlanjutan minimum sebagaimana diterapkan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat lainnya selama beberapa dekade terakhir.”
Penyelidikan untuk perdagangan ini, menurut Hilman Afif, Juru Kampanye Auriga, termasuk mendatangi area terpencil di pelosok Kalimantan, di antaranya Kalimantan Timur. Di sini ada PT Indosubur Sukses Makmur yang diduga sedang melakukan penghancuran hutan alam habitat orangutan dalam proses konversi menjadi kebun kayu monokultur. Daerah-daerah yang tadinya hutan lebat kini berupa hamparan tandus dengan alat-alat berat sibuk mengangkut kayu gelondongan yang telah ditebang dan dipotong.
Penduduk setempat juga mengeluhkan penebangan pohon dan pembabatan hutan ini memutus akses terhadap sumber daya hutan sebagai mata pencaharian mereka, pun minimnya komunikasi dan kompensasi oleh PT Indosubur Sukses Makmur.
Kedua organisasi masyarakat sipil ini kemudian menganalisis data pengapalan dan laporan perusahaan untuk mengetahui ke mana kayu yang ditebang Indosubur dikirim. Teridentifikasi PT Kayu Lapis Alam Makmur (KLAM), sebuah perusahaan kayu lapis di Indonesia, diduga turut memakai kayu dari pembabatan hutan tropis ini – 87% pasokan kayunya pada 2024 berasal dari area yang dikunjungi tim Earthsight/Auriga untuk penelitian ini. Separuh ekspor perusahaan ini pada tahun 2024 terindikasi ditujukan ke dua perusahaan di Amerika Serikat, yakni MJB Woods dan Tumac Lumber. Dua perusahaan Indonesia lainnya pemasok lauan ke MJB Woods juga membeli kayu deforestasi dari Kalimantan.
MJB Wood merupakan pemasok utama kayu lapis tropis lauan ke perusahaan pembuat kendaraan rekreasi terlaris, yakni Jayco. Laporan perusahaan juga menunjukkan bahwa MJB Wood dan Tumac Lumber pun memasok Patrick Industries, salah satu produsen suku cadang kendaraan rekreasi yang pelanggannya termasuk Thor Industries (pemilik Jayco), Forest River, dan Winnebago.
Menurut Hilman, data-data yang dihimpun Earthsight/Auriga belum bisa menunjukkan kendaraan rekreasi mana saja persisnya yang menggunakan kayu deforestasi, namun data-data ini secara meyakinkan menunjukkan ketercemaran kayu lapis meranti atau lauan tropis dari Indonesia yang diimpor MJB Wood dan Tumac Lumber – dari KLAM dan pemasok lainnya dari Indonesia yang selanjutnya dijual ke para pengguna kendaraan rekreasi di Amerika Serikat – dengan deforestasi di Kalimantan.
Namun, industri kendaraan rekreasi di Amerika Serikat tampaknya sadar betul dengan risiko lingkungan bahan baku lauan, terlihat dari klaim industri ini ke publik bahwa kelestarian merupakan inti dari bisnis ini. Investigasi Earthsight/Auriga sendiri, kata Hilman, menemukan bahwa lauan yang lebih kredibel tidak sulit ditemukan di Indonesia, terlihat dari banyaknya lauan yang diproduksi dari hutan-hutan yang dikelola dengan sertifikat kelestarian FSC (Forest Stewardship Council). Kalkulasi Earthsight menunjukkan bahwa biaya produksi hanya bertambah US$20 (setara Rp 325.000) per kendaraan bila menggunakan kayu atau lauan hanya dari area atau perusahaan bersertifikat FSC. Dengan begitu, "Temuan investigasi ini mengindikasikan keenganan industri kendaraan rekreasi ini membayar tambahan biaya semurah itu," kata Hilman.
Earthsight dan Auriga menyatakan telah menyurati perusahaan-perusahaan terkait dalam investigasi tersebut sebelum laporan ini dirilis. Namun tidak ada yang merespon hingga waktu yang ditentukan.
Deforestasi demi rekreasi warga Amerika juga dilaporkan berlangsung di Kalimantan Barat. Laporan investigatif terbaru New York Times mengungkap, industri kendaraan rekreasi AS menjadi pendorong deforestasi di hutan hujan tropis Indonesia karena menggunakan kayu lapis keras seperti meranti dalam rantai pasoknya. Kayu ini, menurut media tersebut, diduga berasal dari pohon-pohon di konsesi perusahaan seperti PT Mayawana Persada, yang selama bertahun-tahun menebang hutan hujan tropis di Kalimantan Barat.
Kayu-kayu ini dipasok ke perusahaan manufaktur kendaraan rekreasi di AS, yang mengolahnya menjadi triplek ringan dan potongan kayu tipis, untuk kebutuhan dinding interior, lantai, dan lemari untuk kendaraan rekreasi seperti mobil kemping atau karavan, seperti Thor Industries, Winnebago. Produsen lainnya, Jayco, menerima pasokan kayu lapis meranti dari MJB Wood yang berbasis di Bristol, Indiana.
New York Times mencatat, Amerika Serikat merupakan produsen kendaraan rekreasi terbesar di dunia, yang bergantung pada kayu meranti, yang dikenal memiliki kualitas lebih bagus. Sejak 2020, Amerika Serikat telah membeli kayu lapis meranti yang digunakan untuk R.V dengan total transaksi lebih dari $900 juta, yang sebagian besarnya berasal dari Indonesia, menurut data perdagangan AS.
Permintaan R.V. di Amerika Serikat melonjak hingga mencapai rekor tertinggi selama pandemi, dan kini lebih dari delapan juta rumah tangga Amerika memilikinya. Satu rumah motor untuk keluarga, bernama Winnebago Minnie-Winnie setinggi 7,3 meter, dibanderol seharga $77,000 atau Rp1,25 miliar.
PT Mayawana Persada memiliki konsesi dengan luas lebih dari 140.000 hektare di Kalimantan Barat. Perusahaan ini telah lama berkonflik dengan sejumlah masyarakat adat dan aktivitasnya yang menghancurkan hutan hujan tropis memicu protes dari kelompok lingkungan hidup yang mendesak pemerintah untuk mencabut izin perusahaan tersebut.
SHARE