Briefing: Gakkumhut Tindak 19 Kasus Sepanjang Mei-Juli
Penulis : Gilang Helindro
Hukum
Sabtu, 26 Juli 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Ditjen Gakkumhut), Kementerian Kehutanan memaparkan sejumlah capaian utama pada periode Mei hingga Juli 2025 dalam media briefing pada Rabu (23/7). Sekretaris Ditjen Gakkumhut, Lukita Awang, menyatakan selama periode tersebut, Ditjen Gakkumhut menindaklanjuti 210 pengaduan masyarakat dan berhasil membawa 19 kasus pidana kehutanan ke tahap P21.
Operasi karhutla tercatat dilakukan sebanyak 941 kali, dengan melibatkan 376 kelompok masyarakat dalam upaya pencegahan.
“Di bidang pengamanan hutan dan perlindungan satwa serta hasil hutan, Gakkumhut menggelar 46 operasi, terdiri dari 24 operasi pengamanan hutan, 7 pembalakan liar, dan 15 penanganan kasus tumbuhan dan satwa liar (TSL),” kata Lukita Awang, dikutip Jum’at, 25 Juli 2025.
Beberapa kasus menonjol yang diungkap antara lain penertiban tambang galian C ilegal di Bojonegoro pada 13 Mei, dengan dua lokasi ditutup, empat ekskavator disita, dan dua tersangka ditetapkan. Di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), sebanyak 730,5 hektare kebun sawit ilegal dimusnahkan bersama Satgas Penyelamatan Kawasan Hutan (PKH) yang terdiri dari TNI, Kejaksaan, BPKP, dan instansi lainnya.

Penindakan terhadap perdagangan dan kepemilikan satwa dilindungi juga menjadi sorotan, termasuk pengungkapan penyelundupan 12,27 kg sisik trenggiling di Kalimantan Selatan, penyitaan 59 satwa dilindungi di Makassar, 938 batang kayu merbau di Sorong, 711 burung di Palembang, serta penampungan kayu sonokeling di Nusa Tenggara Timur. Di Papua Barat, aparat juga mengamankan 170 spesimen serangga langka.
Tindakan tegas juga diberikan terhadap penambangan emas tanpa izin (PETI) dan perambahan kawasan konservasi. Di antaranya, penyitaan delapan ekskavator dan penangkapan empat tersangka di Hulu DAS Bekasi (Bogor), serta enam pelaku tambang ilegal di Taman Nasional Meru Betiri.
Sementara itu, luas lahan terbakar sejak 1 Januari hingga 31 Mei 2025 mencapai 8.594,5 hektare, dengan kejadian terbanyak di Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, dan Riau. Pemantauan hotspot menunjukkan terdapat 854 titik panas berindikasi tinggi, termasuk 180 titik di Riau, dengan konsentrasi terbesar di Rokan Hilir.
Sebagai respons, Ditjen Gakkumhut mengerahkan empat Daops Manggala Agni di Riau yang melibatkan 228 personel, serta delapan regu operasi darat dari Riau, Jambi, dan Sumsel. Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) juga dijalankan, dengan total 34.300 kg garam disemai di langit tiga provinsi.
Selain itu, 804 posko desa dibentuk sebagai bagian dari patroli pencegahan karhutla, bekerja sama dengan Polri, TNI, dan Masyarakat Peduli Api (MPA). “Penegakan hukum tidak hanya soal penindakan, tapi juga pemulihan, pencegahan, dan edukasi. Mari bersama menjaga hutan untuk masa depan berkelanjutan,” ujar Lukita Awang.
SHARE