Menolak Sial di Sungai Siak
Penulis : Gilang Helindro
Lingkungan
Rabu, 11 Juni 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - WALHI Riau bersama kelompok pemuda dan mahasiswa dari berbagai organisasi pecinta alam, seperti Mapala Wanapalhi USTI, Humendala FEB Unri, KPA EMC2 FMIPA Unri, Phylomina Faperika Unri, Satwa Saraha FEB UIR, Fasifik FISIPOL UIR, dan Pondok Belantara, menggelar aksi di kawasan ekosistem Sungai Siak pada pekan lalu. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi akibat pencemaran sungai oleh limbah industri, rumah tangga, dan sampah plastik.
Ketua Humendala FEB Unri, Muhammad Aldi Saputra, menyebut Sungai Siak sebagai simbol nyata dari pencemaran lingkungan di Riau. Ia menegaskan bahwa sungai yang dahulu menjadi sumber kehidupan kini dalam kondisi tercemar berat. “Kami membentangkan pesan di atas Sungai Siak yang tercemar untuk mengingatkan bahwa krisis lingkungan adalah krisis kehidupan. Pemerintah harus menegakkan hukum dan memaksa perusahaan pencemar bertanggung jawab memulihkan lingkungan secara menyeluruh,” ujarnya.
Laporan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) mengungkap bahwa Sungai Siak mengandung bahan kimia berbahaya seperti klorin, fosfat, hingga mikroplastik. Sementara Jurnal Rekayasa Hijau menyebutkan bahwa aktivitas perkebunan sawit, Hutan Tanaman Industri (HTI), pabrik pengolahan, serta permukiman warga turut berkontribusi besar terhadap pencemaran sungai tersebut.
WALHI Riau juga mendesak pemerintah agar melakukan evaluasi dan reviu terhadap izin-izin perusahaan yang terbukti merusak lingkungan secara terus-menerus. Ahlul Fadli, Manajer Kampanye dan Pengarusutamaan Keadilan Iklim WALHI Riau, menekankan bahwa pemulihan Sungai Siak tidak bisa dilepaskan dari pemulihan hak masyarakat Melayu dan lokal atas tanah serta sumber daya alam yang dirampas oleh aktivitas ilegal dan kebijakan perizinan yang tidak berpihak pada rakyat.

Mengangkat tema Ending Plastic Pollution, peringatan Hari Lingkungan Hidup tahun ini memperkuat seruan untuk mengatasi polusi plastik yang turut mencemari Sungai Siak. “Sampah plastik yang dibuang ke sungai akan terurai menjadi mikroplastik yang membahayakan kesehatan manusia, satwa, dan seluruh ekosistem sungai,” jelas Fadli, dikutip Kamis, 5 Juni 2025.
Para peserta aksi juga mengingatkan agar pemerintah tidak hanya sekadar mengikuti seruan global tanpa tindakan nyata. Pemerintah pusat hingga daerah diminta segera mengimplementasikan langkah pemulihan menyeluruh terhadap Sungai Siak, termasuk memastikan posisinya sebagai daerah aliran sungai (DAS) prioritas benar-benar dijalankan.
Pemulihan Sungai Siak bukan hanya tentang ekosistem, tetapi juga tentang warisan hidup tanah Melayu yang layak diselamatkan untuk generasi mendatang.
SHARE