Polusi Beracun Karhutla Masuk ke Dalam 1 Miliar Rumah per Tahun

Penulis : Kennial Laia

Karhutla

Minggu, 18 Mei 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Racun dari kebakaran hutan telah menyusup ke rumah lebih dari satu miliar orang setiap tahunnya selama dua dekade terakhir, menurut penelitian baru.

Krisis iklim meningkatkan risiko kebakaran hutan dengan meningkatnya gelombang panas dan kekeringan, menjadikan masalah asap kebakaran hutan sebagai “masalah global yang mendesak”, kata para ilmuwan.

Partikel kecil yang dihasilkan oleh kebakaran hutan dapat menyebar ribuan mil dan diketahui lebih beracun dibandingkan polusi udara perkotaan, karena konsentrasi bahan kimia yang lebih tinggi yang menyebabkan peradangan. Polusi kebakaran hutan telah dikaitkan dengan kematian dini, memburuknya penyakit jantung dan pernapasan, serta kelahiran prematur.

Penelitian sebelumnya telah menganalisis paparan asap kebakaran hutan di luar ruangan, namun masyarakat menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan, terutama ketika mencari perlindungan dari kebakaran hutan. Analisis baru ini adalah studi global pertama dengan resolusi tinggi mengenai lonjakan polusi kebakaran hutan di dalam ruangan.

Tampak langit merah akibat kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, pada 2019. Foto: Istimewa

Paparan terbesar terjadi di Amerika Selatan dan Afrika Tengah, diikuti oleh pantai barat Amerika Utara, Australia barat laut, serta Asia utara dan tenggara.

Polusi dalam ruangan dapat dikurangi dengan menggunakan alat pembersih udara dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan kerugian kesehatan yang ditimbulkan oleh polusi. Namun, para ilmuwan mencatat bahwa beberapa orang yang paling terkena dampaknya tinggal di negara-negara miskin dan memerlukan bantuan untuk membeli peralatan.

“Bahkan ketika pintu dan jendela ditutup, orang-orang yang tetap berada di dalam rumah masih sangat terkena dampak [polusi kebakaran hutan],” kata Dongjia Han, peneliti dan penulis studi dari Universitas Tsinghua di Beijing, Rabu, 14 Mei 2025. 

“Akibatnya, terdapat kebutuhan mendesak akan tindakan yang lebih efektif untuk mengurangi paparan partikel kebakaran hutan di dalam ruangan,” katanya.

Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa bahkan dengan pintu dan jendela tertutup, konsentrasi polusi dalam ruangan pada hari-hari kebakaran bisa hampir tiga kali lebih tinggi dibandingkan hari-hari biasa.

Studi baru ini, yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, menggunakan kumpulan data polusi kebakaran hutan, berdasarkan pengamatan satelit terhadap kobaran api, untuk memodelkan paparan dalam ruangan di seluruh dunia dari tahun 2003 hingga 2022. Mereka menemukan bahwa lebih dari 1 miliar orang per tahun mengalami setidaknya satu hari ketika tingkat partikel dalam ruangan berada di atas batas Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan kebakaran hutan bertanggung jawab atas setidaknya setengah dari polusi tersebut.

Penelitian ini didasarkan pada analisis sebelumnya terhadap polusi kebakaran hutan dalam ruangan di Amerika Utara, Australia, dan Asia Tenggara yang menemukan peningkatan tajam dalam tingkat partikel. Penelitian di California, Australia, dan Brasil menunjukkan bahwa dampak buruk terhadap kesehatan akibat asap kebakaran hutan mencapai miliaran dolar dan jauh lebih tinggi dibandingkan biaya pengoperasian alat pembersih udara.

Studi tersebut juga memperkirakan biaya yang diperlukan untuk menurunkan tingkat polusi dalam ruangan jauh di bawah pedoman WHO dengan menggunakan alat pembersih udara. Ditemukan bahwa biaya untuk membeli, memelihara dan menjalankan alat pemurni tersebut mencapai ratusan dolar per tahun per rumah tangga. “Hasil ini menunjukkan bahwa investasi sederhana pada alat pembersih udara dapat menghasilkan manfaat ekonomi dan kesehatan yang besar selama terjadinya kebakaran hutan,” kata para ilmuwan.

Namun, di negara-negara berpendapatan rendah seperti Niger dan Chad, biaya tahunan alat pembersih udara lebih besar dibandingkan pendapatan tahunan rata-rata. “[Hal ini] memberikan bukti kuat mengenai ketidakadilan iklim, dengan memaparkan mereka yang tidak mampu membeli alat pembersih udara pada risiko kesehatan yang lebih tinggi,” kata para peneliti. “Oleh karena itu, dukungan pemerintah diperlukan untuk mempersempit kesenjangan ini.”

Ada langkah-langkah lain yang dapat mengurangi paparan, kata para ilmuwan, seperti memakai masker, merelokasi orang-orang yang rentan dari api, dan membuat bangunan lebih kedap udara.

SHARE