Spesies Baru Kadal Buta dari Pulau Buton

Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Biodiversitas

Minggu, 18 Mei 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Daftar spesies satwa endemik Indonesia bertambah. Baru-baru ini para peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berhasil mengidentifikasi dan mendeskripsikan spesies baru kadal buta dari genus Dibamus yang endemik di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.

Dibamus oetamai diambil sebagai nama spesies kadal buta baru ini. Nama itu berasal dari nama Jakob Oetama, tokoh pers Indonesia. Temuan Dibamus oetamai ini dipublikasikan dalam sebuah jurnal di Taprobanica.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Awal Riyanto, mengatakan, kadal buta (Dibamus) merupakan reptil fosorial (hidup di dalam tanah) yang memiliki tubuh seperti cacing, mata yang terdegenerasi, dan tidak memiliki kaki pada betina (jantan memiliki kaki vestigial berbentuk flap). Genus ini tersebar luas dari Asia Tenggara hingga Papua Nugini, tetapi banyak spesiesnya masih kurang dipelajari karena kelangkaan spesimen dan kebiasaannya yang tersembunyi.

“Jurnalis kritis bertanya, mencari fakta dan menyiarkan kebenaran apapun hasilnya (Jill Abramson). Curiosity energi peneliti untuk menghimpun dan analisis data demi menemukan kebenaran, pun terkadang bisa salah namun pantang berbohong,” katanya, dalam sebuah pernyataan tertulis, Selasa (13/5/2025).

Peneliti menemukan spesies baru kadal buta yang diberi nama Dibamus oetamai. Spesies baru ini endemik Pulau Buton. Foto: BRIN.

Awal menuturkan, selama ini Dibamus novaeguineae dianggap sebagai spesies yang tersebar luas di Indonesia, termasuk Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Namun, penelitian morfologi dan biogeografi terbaru mengungkap bahwa populasi di Pulau Buton memiliki ciri khas yang membedakannya dari spesies lain dalam genus ini.

Spesies baru ini dideskripsikan berdasarkan perbedaan morfologi yang signifikan, termasuk ukuran tubuh (panjang moncong-ke-vent (SVL) maksimum 145,7 mm), sisik kepala (tidak memiliki sutur rostral medial dan lateral, frontal lebih besar daripada frontonasal), pola warna (memiliki dua atau tiga pita berwarna terang pada tubuh), dan habitat (endemik di hutan hujan muson Pulau Buton dengan ketinggian di bawah 400 mdpl).

Menurut Awal, spesies ini dinamai Dibamus oetamai sebagai penghormatan kepada Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia, yang telah berkontribusi besar bagi dunia jurnalisme Indonesia. Nama lokal yang diusulkan adalah kadal buta buton.

Penemuan ini, imbuhnya, memperkaya keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya reptil fosorial yang masih sedikit diketahui. Dibamus oetamai merupakan contoh bagaimana pulau-pulau kecil seperti Buton dapat menjadi rumah bagi spesies unik yang berevolusi secara terisolasi.

"Temuan ini menunjukkan bahwa masih banyak keragaman reptil Indonesia yang belum terungkap, terutama di wilayah Wallacea yang menjadi hotspot keanekaragaman hayati," ujar Awal. 

Tim peneliti menganalisis spesimen museum dari Papua, Maluku, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, serta melakukan perbandingan morfometrik dan meristik. Hasilnya menunjukkan bahwa populasi Buton memiliki karakteristik unik yang tidak ditemukan pada Dibamus lain di wilayah sekitarnya.

Karena endemisitasnya yang tinggi dan keterbatasan sebaran, lanjut Awal, Dibamus Oetama berpotensi rentan terhadap ancaman deforestasi dan perubahan habitat. Perlindungan kawasan hutan di Buton, seperti Kawasan Lindung Hutan Lambusango, menjadi kunci untuk menjaga kelestarian spesies ini.

SHARE