Warga Kawasi Demo Harita

Penulis : Aryo Bhawono

Tambang

Kamis, 17 April 2025

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Warga Kawasi, di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara kembali menggelar aksi demonstrasi menuntut ke PT Harita Nickel menyalakan listrik 24 jam dan udara sehat. Tuntutan ini dilayangkan karena perusahaan sudah berjanji untuk memberikan aliran listrik penuh pada pertengahan Maret 2025. 

Warga Kawasi, Jemi Karteang, menyebutkan aksi digelar dengan keliling desa karena aparat polisi melarang warga mendatangi kantor PT Harita Nickel. 

“Memang tidak sampai ke kantornya tapi aksi tetap dilakukan dengan keliling desa dan tidak ada insiden apapun,” ucapnya ketika ditelepon pada Rabu (16/5/2025). 

Desa Kawasi mengalami mati listrik sejak 1 Maret 2025, saat hari pertama puasa Ramadhan. Pembangkit diesel yang memenuhi asupan listrik terbakar. Pada 18 Maret 2025, mereka menggelar aksi karena perusahaan melakukan pembiaran atas matinya aliran listrik ini. 

Warga Kawasi, di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara kembali menggelar aksi demonstrasi menuntut ke PT Harita Nickel menyalakan listrik 24 jam. Foto: Walhi Maluku Utara

Perusahaan pun berjanji memperbaiki genset sehingga aliran listrik dapat menyala selama 24 jam, seperti semula. Namun hingga lewat lebaran janji ini tidak dipenuhi. 

Jemi menyebutkan selama ini listrik hanya menyala di malam hari. Pada masa lebaran saja, listrik hanya menyala pada pukul 16.00 WIT hingga pukul 13.00. 

“Itu pun hanya hanya saat lebaran saja, setelah itu hanya menyala sekitar pukul 18.00 sampai tengah malam. Ada beberapa hari yang menyala sampai pagi saja,” kata dia. 

Selain itu mereka menuntut pengadaan air bersih, pengecoran jalan, pembangunan drainase, pembuatan swering di sekitaran pantai desa kawasi, pembangunan pasar desa, pembangunan dermaga desa, dan kompensasi uang debu.

"Karena kami dekat dengan pertambangan terbuka, debu sangat pekat di sini," ucapnya. 

Perempuan Desa Kawasi, Nurhayati Jumadi, mengungkapkan selama ini ibu-ibu turut menanggung dampak atas aliran listrik yang mati sebagian hari ini. Mereka harus mengirit uang belanja agar dapat membeli solar untuk genset. 

“Kalau sampai listrik mati total di awal bulan puasa itu kami sampai keluar duit Rp 3 juta untuk beli minyak. Itu kami sisihkan dari uang belanja. Sekarang walau malam listrik menyala, kami tetap was-was karena kalau gelap jadi rawan dan kalau ada kebutuhan mendadak kami takut keluar,” kata dia. 

Jemi, Nurhayati, dan warga desa lain curiga kendala listrik ini sengaja dibiarkan untuk memaksa warga desa pindah ke Kawasi Ecovillage yang dibangun oleh perusahaan. 

“Padahal warga tidak mau pindah, hanya sebagian yang sudah pindah. Mereka silakan saja. Tapi yang tidak mau jangan dipaksa,” kata Jemi.

SHARE