Dalam 23 Tahun Hutan Bengkulu Susut 12 Ribu Ha - MapBiomas
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Hutan
Rabu, 16 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Data transisi tutupan lahan MapBiomas Indonesia pada periode 2000-2022 menunjukkan terjadinya penurunan luasan, yang terjadi pada tutupan hutan di daratan Indonesia. Khusus di Provinsi Bengkulu, dalam 23 tahun terakhir tutupan hutan telah menyusut sebesar 12.882,42 hektare. Penyusutan tutupan hutan ini sebagian besar terjadi di kawasan hutan.
Berdasarkan analisis Genesis Bengkulu, menggunakan data tutupan lahan MapBiomas Indonesia, hutan pada daratan Indonesia memiliki luas 112.388.631 hektare pada 2000. Namun pada 2022, hutan di daratan Indonesia berkurang menjadi 105.876.146 hektare. Artinya, dalam kurun waktu 23 tahun (2000-2022) tutupan hutan Indonesia telah berkurang seluas 6.512.485 hektare.
“Di Bengkulu sendiri, luas kawasan yang sudah beralih fungsi mencapai 155.724,5 hektare pada 2022, dan hampir setengah dari kerusakan tersebut terjadi di dalam kawasan hutan produksi,” kata Egi Saputra, Direktur Eksekutif Genesis Bengkulu, Senin (14/4/2025).
Genesis Bengkulu, sebagai organisasi non pemerintah yang berfokus pada isu lingkungan dan juga tergabung dalam pengembangan peta MapBiomas Indonesia, mencoba melihat lebih spesifik tutupan lahan kawasan hutan Bengkulu dengan menyesuaikan data digital SK.784 Tahun 2012 yang berluasan 924.629,70 hektare dengan data MapBiomas Indonesia yang dapat diakses secara umum.

Hasil analisis menunjukkan, luas tutupan lahan hutan Bengkulu pada 2000 adalah seluas 781.787,62 hektare dengan pembagian tutupan lahan di kawasan hutan konservasi seluas 418.806,47 hektare, hutan lindung 210.923,07 hektare, dan hutan produksi 152.058,08 hektare.
“Sedangkan luas tutupan lahan hutan pada 2022 adalah 768.905,20 hektare dengan pembagian tutupan lahan di kawasan konservasi seluas 418.723,20 hektare, hutan lindung 210.413,27 hektare, dan hutan produksi 139.768,73 hektare,” ujar Egi.
Data-data tersebut, lanjut Egi, menunjukkan bahwa tutupan lahan hutan alami di Bengkulu dari 2000 sampai 2022 mengalami pengurangan seluas 12.882,42 hektare. Pengurangan tersebut terjadi di kawasan hutan konservasi seluas 83,27 hektare, di hutan lindung 509,8 hektare, dan hutan produksi 12.289,35 hektare.
“Angka ini menambah luas kawasan hutan Bengkulu yang sudah beralih fungsi mencapai 155.724,5 hektare. Dari 3 fungsi kawasan hutan yang ada, kawasan produksi yang paling banyak terjadi degradasi,” ucap Egi.
Egi melanjutkan, dari 155.724,5 hektare kawasan hutan yang sudah beralih fungsi, hampir setengahnya atau seluas 70.902 hektare terjadi di dalam kawasan hutan produksi, dan seluas 27.796,98 hektare nya adalah sawit. Tak hanya di kawasan produksi, bahkan tanaman sawit juga dapat ditemukan di dalam kawasan hutan konservasi dan lindung.
Kawasan konservasi, lanjut Egi, adalah kawasan yang tingkatannya paling tinggi. Jadi wajar jika hanya sedikit terjadi degradasi karena kawasan itu sangat dijaga. Selain itu, kawasan yang masih cukup terjaga dan harusnya juga diperhatikan keberadaannya adalah kawasan lindung. Mengingat fungsi utama dari kawasan ini sendiri adalah sebagai sistem penyangga kehidupan.
Sedangkan pada kawasan produksi, sambung Egi, setiap tahunnya selalu banyak lahan yang terganggu. Karena rata-rata kawasan produksi ini menjadi pagar alami atau kawasan penyangga yang menjadikannya pelindung dari kawasan konservasi dan lindung.
“Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) dalam hal ini sebagai instansi yang bertanggung jawab atas pengelolaan serta pelestarian lingkungan hidup dan kehutanan pada wilayah kawasan lindung dan produksi, seharusnya bisa lebih intens melakukan tugasnya dalam mengawasi kawasan hutan produksi dari ancaman degradasi hutan,” tutur Egi.
SHARE