Spesies Baru Burung Peminum Madu dari Kepulauan Banda
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Biodiversitas
Sabtu, 12 April 2025
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Tim ahli burung internasional dari Malaysia, India, Inggris, dan Amerika Serikat berhasil mendeskripsikan spesies baru yang misterius dari genus burung pemakan madu Myzomela. Seperti namanya, yakni banda myzomela (Myzomela boiei), spesies baru burung ini ditemukan di Kepulauan Banda, Provinsi Maluku.
Penemuan spesies baru burung ini dipublikasikan dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam Bulletin of the British Ornithologists' Club. Dilansir dari Sci-News, diuraikan bahwa Myzomela merupakan genus yang terbesar dan tersebar secara geografis dalam famili burung peminum madu Meliphagidae.
Genus ini pertama kali dideskripsikan oleh naturalis Nicholas Vigors dan Thomas Horsfield pada 1827, sekarang berisi lebih dari 40 spesies yang diakui secara ilmiah. Myzomela tersebar dari Indonesia hingga Australia dan ke kepulauan Samudra Pasifik hingga Mikronesia dan Samoa.
Anggota genus ini adalah burung pemakan nektar yang berwarna-warni. Mereka merupakan komponen penting ekosistem pulau dan sering kali menjadi burung kanopi yang paling melimpah di seluruh Indonesia timur.

Dalam penelitian baru, ahli burung BirdLife International Alex Berryman dan rekannya melakukan revisi taksonomi terhadap tiga populasi spesies yang disebut banda myzomela (Myzomela boiei).
“Kami menyelidiki taksonomi Myzomela boiei, burung pemakan madu berwarna-warni yang dimorfik seksual, yang tersebar dalam dua subspesies di tiga kelompok pulau di Laut Banda, Provinsi Maluku bagian selatan,” kata para Berryman.
Menurut para peneliti, Myzomela boiei boiei ditemukan di Kepulauan Banda, sementara Myzomela boiei annabellae ditemukan di Babar(dan mungkin satelitnya) dan Kepulauan Tanimbar (tercatat setidaknya dari Yamdena dan Selaru, dan mungkin di seluruh wilayah).
“Dengan penambahan Damar, Kepulauan Leti, Kisar dan pulau-pulau kecil lainnya di antaranya, pulau-pulau ini membentuk 'Kepulauan Laut Banda,' suatu wilayah dengan keanekaragaman burung yang relatif rendah tetapi tingkat endemisme yang dapat diprediksi tinggi,” ujar Berryman.
Para penulis memeriksa 28 spesimen museum dan 21 rekaman suara Myzomela boiei, dan juga melakukan 152 percobaan pemutaran. Spesimen tersebut disediakan oleh Museum Sejarah Alam Amerika, New York, dan Museum Sejarah Alam, Tring. Rekaman suara dikumpulkan dari xeno-canto.org dan Perpustakaan Macaulay, dan dengan menghubungi perekam suara yang telah mengunjungi pulau-pulau terkait.
Peneliti menjelaskan, dibandingkan dengan Myzomela boiei annabellae, Myzomela boiei boiei memiliki sayap, paruh, dan tarsus yang sekitar 10% lebih panjang, pita dada hitam lebih luas, bagian bawah posterior lebih gelap. Selain itu kicauan burung juga sangat berbeda. Dalam percobaan pemutaran rekaman kicauan, Myzomela boiei boiei terbukti tidak responsif terhadap rekaman kicauan Myzomela boiei annabellae.
“Namun, kicauan Myzomela boiei annabellae di Tanimbars dan Babar juga sangat berbeda, dengan populasi di kedua pulau tidak responsif terhadap nyanyian pulau lainnya,” kata para peneliti.
Burung-burung di Babar juga sedikit lebih besar daripada Myzomela boiei annabellae di Tanimbar, dengan ekor sekitar 10% lebih panjang, dan mungkin memiliki warna lebih merah di bagian punggung.
Dinamakan Myzomela babarensis (nama umum adalah babar myzomela), spesies yang baru dideskripsikan ini merupakan spesies endemik di Babar, mungkin termasuk lima satelit kecil pulau tersebut.
“Myzomela boiei saat ini terdaftar sebagai Spesies yang Beresiko Rendah (Least Concern) dalam Daftar Merah IUCN,” kata para peneliti.
Para peneliti memperkirakan, meskipun usulan pembagian Myzomela boiei menjadi tiga spesies yang jangkauannya terbatas, mungkin secara tidak langsung menunjukkan bahwa masing-masing spesies memiliki risiko kepunahan yang lebih tinggi, semua populasi sangat mudah beradaptasi terhadap degradasi habitat dan umum ditemukan di wilayah jelajahnya masing-masing.
“ Myzomela babarensis ditemukan di semua jenis habitat hutan, termasuk lahan pertanian yang terdegradasi, sehingga populasinya kemungkinan besar tidak terpengaruh oleh degradasi hutan yang sedang berlangsung di Babar,” kata para peneliti.
“Kami menyarankan agar Myzomela boiei, Myzomela annabellae dan Myzomela babarensis dianggap sebagai kategori Risiko Rendah,” imbuh mereka.
SHARE