Lawan Tangguh Indorayon dan Freeport Itu telah Pulang
Penulis : Aryo Bhawono
Pejuang Lingkungan
Rabu, 06 November 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) periode 2016-2021, Nur Hidayati, berpulang pada Selasa siang (5/11/2024). Selama 25 tahun, perempuan ini bersetia dalam aktivisme lingkungan dan hak asasi manusia. Sebuah kehilangan besar.
Kabar duka kepergian Yaya, nama sapaan Nur Hidayati, salah satunya disiarkan akun instagram Eksekutif Walhi Nasional pada Selasa (5/11/2024).
“Keluarga Besar Walhi kehilangan seorang teman, sahabat, pejuang lingkungan, pembela HAM, Direktur Eksekutif Nasional WALHI periode 2016-2021, Nur Hidayati,” tulis akun instagram Walhi Nasional.
Yaya berjuang melawan kanker. Terakhir ia tengah mendapat perawatan di rumah sakit untuk tindakan operasi. Ia berpulang setelah operasi.
Ia dikenal dikenal gigih melakukan advokasi dan perlawanan terhadap perusahaan perusak lingkungan.
Yaya mulai terlibat dengan kegiatan Walhi di tengah kuliahnya di Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) pada rentang 1992-1997. Lepas kuliah pun ia bergabung dengan organisasi pembela lingkungan itu.
Pada tahun pertamanya di Walhi, ia mendapat tugas mengadvokasi kasus pencemaran PT Indorayon (sekarang PT Toba Pulp Lestasi/ TPL) dan PT Freeport Indonesia. Akses informasi yang terbatas pada tahun 1990-an tak membuatnya kendur melakukan investigasi kejahatan lingkungan dua perusahaan besar itu.
Ia tak gentar menghadapi para ahli pembela korporasi, korporasi itu sendiri, hingga pemerintah yang berpihak pada mereka. Menurutnya musuh utama yang harus dirobohkan adalah kejahatan korporasi. "Siapapun yang membela kejahatan itu pantas dilawan," ujarnya suatu kali.
Keuletan dan konsistensi sikapnya membawa Yaya malang melintang di lembaga swadaya masyarakat. Ia bergabung sebagai pengampanye Perubahan Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara (2006-2008), Koordinator Nasional Civil Society Forum for Climate Justice (CSF- 2008-2009), Country Representative untuk Indonesia, Greenpeace Asia Tenggara (2009-2012). Ketua Badan Pengawas Perkumpulan Sawit Watch (2010-2012).
Karier puncaknya di Walhi adalah duduk sebagai Direktur Eksekutif Walhi 2016-2020. Terakhir, ia duduk sebagai Konsultan Program Indonesia Initiative Climate and Land Use Alliance (CLUA).
Selama lebih dari 25 tahun, ia bergeming soal sikapnya tentang pembangunan. Baginya, pembangunan tidak semata-mata hanya soal investasi, apatah lagi semata-mata untuk mengumpulkan duit dan punya dana untuk kampanye untuk melanggengkan kekuasaan.
Kini ia telah berpulang setelah setahun melawan kanker. Rest in power, Mbak Yaya.
SHARE