Mau Kaget? Ini Provinsi Juara Karhutla Versi Mapbiomas - Fire
Penulis : Raden Ariyo Wicaksono
Karhutla
Jumat, 09 Agustus 2024
Editor : Yosep Suprayogi
BETAHITA.ID - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah menjadi fenomena musiman di Indonesia. Setiap tahun dalam waktu tertentu selalu terjadi. Mapbiomas Indonesia - Fire mencatat, sepanjang 2013 hingga 2023, jumlah luas kebakaran di Indonesia mencapai angka 10.949.337 hektare, lebih luas hampir 1,3 juta hektare dari kebakaran versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang sebesar 9.623.042 hektare.
Data luas karhutla Mapbiomas memperlihatkan, dalam periode ini, kebakaran terluas terjadi pada 2015 yang mencapai 2.334.457 hektare. Sedangkan pada 2023, luas kebakaran sebesar 1.028.384 hektare, tertinggi dalam 4 tahun terakhir.
Kemudian, dilihat dari wilayah kejadiannya, Pulau Kalimantan mencatatkan angka luas karhutla terbesar di periode itu, mengalahkan pulau-pulau lainnya, yakni seluas 3.368.577 hektare. Pulau-pulau lainnya, yakni Bali-Nusa Tenggara 2.241.808 hektare, Sumatra 1.831.838, Papua 1.418.128 hektare, Sulawesi 1.157.248 hektare, Jawa 646.402 hektare, dan Maluku 285.335 hektare.
"Kalau dilihat per provinsi, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi provinsi yang paling luas kebakarannya dalam kurun waktu 2013 sampai 2023, seluas 1.657.529 hektare. Itu total angka luas kebakaran tahunan yang dijumlahkan ya," kata Yustinus Seno, peneliti Auriga Nusantara, Kamis (8/8/2024).
NTT merupakan provinsi yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan sedang. Luas totalnya sekitar 4,8 juta hektare, atau sepertiga Pulau Jawa. Dalam acara peluncuran aplikasi Mapbiomas Fire pada Rabu (7/8), Prof Bambang Hero, yang menjadi panelis, menduga tingginya angka kebakaran di NTT di antaranya karena ada tanaman yang biasa dibakar terkait panen.
Adapun sembilan provinsi dengan angka luas kebakaran tertinggi lainnya adalah Kalimantan Tengah seluas 1.534.952, Papua Selatan 1.246.776 hektare, Kalimantan Selatan 810.630 hektare, Sumatera Selatan 777.749 hektare, Kalimantan Barat 675.382 hektare, Nusa Tenggara Barat (NTB) 558.736 hektare, Riau 547.934 hektare, Sulawesi Tenggara 357.797 hektare, dan Jawa Timur 344.207 hektare.
Bila diakumulasikan, kata Yustinus, total luas areal terbakar di Indonesia angkanya sebesar 6.130.729,495 hektare. Angka akumulasi ini memang jauh lebih kecil dari total jumlah luas kebakaran yang sebesar 10,9 juta hektare. Alasannya, karena area yang mengalami kebakaran berulang, angka luasannya hanya dihitung satu kali dalam penjumlahannya.
"Jadi dalam 11 tahun itu ada sekitar 2,3 juta hektare areal lahan yang mengalami kebakaran berulang, dengan frekuensi 2 sampai 11 kali terbakar di tahun berbeda," kata Yustinus.
Secara akumulasi, Yustinus melanjutkan, pulau dengan areal terbakar terluas adalah Kalimatan, yang mencapai 2.140.894 hektare. Peringkat selanjutnya diduduki oleh Sumatra seluas 1.381.838 hektare, Papua 754.966 hektare, Bali-Nusa Tenggara 746.632 hektare, Sulawesi 596.607 hektare, Jawa 340.534 hektare, dan Maluku 172.983 hektare.
Yustinus melanjutkan, dilihat dari akumulasi angka luasan areal terbakar per provinsi, posisi pertama ditempati oleh Kalimantan Tengah, dengan luas 1.014.171 hektare. Posisinya diikuti Papua Selatan seluas 650.947 hektare, Sumatera Selatan 565.322 hektare, NTT 544.022 hektare, Kalimantan Barat 463.633 hektare, Riau 443.176 hektare, Kalimantan Selatan 389.545 hektare, Kalimantan Timur 254.686 hektare, NTB 194.138 hektare, dan Sulawesi Selatan 179.386 hektare.
Mapbiomas Fire merupakan pengembangan dari Mapbiomas Indonesia yang menyajikan data/peta lahan terbakar di Indonesia pada 2013 hingga 2023. Data-data tersebut juga tersedia sesuai dengan kelas penutupan dan penggunaan lahan berdasarkan MapBiomas Indonesia Landy Koleksi 2.0.
Ada beberapa produk yang dihasilkan Mapbiomas Indonesia Fire, di antaranya peta area terbakar tahunan, frekuensi kebakaran, kebakaran bulanan, akumulasi kebakaran, area kebakaran pada kelas penutupan dan penggunaan lahan berdasarkan Mapbiomas Indonesia Landy Koleksi 2.0.
Mapbiomas Indonesia - Fire dikembangkan oleh jejaring masyarakat sipil yang ada di beberapa daerah, yakni Auriga Nusantara, Jerat Papua, Save Our Borneo (SOB), Green of Borneo (GoB), Hutan Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA), Genesis Bengkulu, Hutan Kita Institute (HaKI), Mnukwar, Kompas Peduli Hutan (Komiu), dan Sampan Kalimantan. Dengan didukung oleh Mapbiomas dan Woods Wayside International (WWI).
SHARE