Menjaga Keanekaragaman Hayati, Belantara: Perlu Kolaborasi

Penulis : Gilang Helindro

Biodiversitas

Minggu, 19 Mei 2024

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID - Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati tinggi yang kian terancam. Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation mengatakan, dalam konservasi dan pelestarian biodiversitas di Indonesia ini perlu ada kolaborasi berbagai pihak.

Dolly mengatakan, pelestarian keanekaragaman hayati merupakan tanggung jawab bersama. “Kolaborasi multipihak mulai dari pemerintah, akademisi, praktisi, industri, media, bahkan masyarakat merupakan kunci keberhasilan pelestarian biodiversitas Indonesia,” kata Dolly, dikutip Jumat, 17 Mei 2024.

Dalam jurnal Biological Review 2022 disebutkan, saat ini berlangsung kepunahan massal keenam akibat antropogenik atau bencana yang disebabkan oleh tindakan dan kelalaian manusia. 

Ancaman kepunahan massal kali ini berbeda. Sebab, intervensi manusia terhadap alam dan biodiversitas telah menyumbang dan mempercepat kepunahan tersebut.

Staf Peneliti BRIN, Sarino, menunjukkan salah satu koleksi kupu-kupu milik BRIN. Foto: Aryo Bhawono/Betahita

Ancaman semakin terlihat berdasarkan tingkat kepunahan spesies yang naik secara drastis. 

Peneliti dalam jurnal ini mengatakan, kepunahan massal buatan manusia tersebut akibat perusakan habitat. Penyebab lainnya adalah perubahan iklim global, eksploitasi berlebihan, polusi, dan spesies invasif. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), sampai saat ini terdapat lebih dari 44 ribu spesies terancam punah di bumi.

Satyawan Pudyatmoko, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK dalam seminar pekan Keanekaragaman Hayati 2024 menyebutkan, jenis keanekaragaman hayati di Indonesia akan terus bertambah. “Masih banyak lokasi yang belum dieksplorasi, datanya ada yang belum lengkap,” kata Satyawan.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) pada 2023 mencatat, terdapat 22 tipe ekosistem dan 75 vegetasi di Indonesia. Di dalamnya ada beragam flora dan fauna, termasuk 1.821 spesies burung, 786 spesies mamalia, 66.361 spesies serangga, 3.478 spesies ikan, 1.639 spesies pakis, 24.995 spesies angiospermae atau tumbuhan berbunga, 871 spesies fungi, dan 75 spesies mangrove.

Jumlah kupu-kupu di Indonesia mencakup 10 persen dari total jenis fauna dunia. Sementara itu, spesies burung, mamalia, serta reptil memiliki endemisitas tertinggi di dunia. Banyak tantangan yang harus dicari jalan keluar, kata Satyawan, salah satunya menjaga spesies satwa langka.

Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2023 tentang Pengarusutamaan Pelestarian Keanekaragaman Hayati dalam Pembangunan Berkelanjutan, ujar Dolly, diterbitkan untuk memastikan adanya keseimbangan pemanfaatan ruang untuk konservasi dan kepentingan ekonomi dalam kebijakan setiap sektor.

SHARE