LIPUTAN KHUSUS:

Peringatan PBB Jelang COP 28, Dunia Menuju Pemanasan Iklim 3 °C


Penulis : Kennial Laia

Batas aman kenaikan suhu 1,5 derajat masih mungkin untuk diwujudkan, namun memerlukan pencabutan akar racun dari krisis iklim yaitu bahan bakar fosil.

Perubahan Iklim

Sabtu, 25 November 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa dunia berada di jalur menuju pemanasan global sebesar 3 derajat Celsius. Peringatan ini tercakup dalam sebuah laporan menjelang KTT perubahan iklim COP28 yang akan dimulai minggu depan di Uni Emirat Arab. 

Laporan tersebut disusun oleh Program Lingkungan PBB (UNEP) menemukan bahwa kebijakan pengurangan karbon saat ini sangat tidak memadai sehingga pemanasan global bisa mencapai 3 derajat Celsius pada abad ini.

“Tidak ada orang atau perekonomian di planet ini yang tidak tersentuh oleh perubahan iklim, jadi kita harus berhenti membuat catatan yang tidak diinginkan mengenai emisi, suhu, dan cuaca ekstrem,” kata direktur eksekutif UNEP, Inger Andersen, dalam pernyataan resmi pekan ini. 

“Kita justru harus mengangkat beban dari tindakan lama yang tidak memadai, dan mulai membuat rekor lain yaitu pengurangan emisi dan pendanaan iklim,” kata Andersen. 

Gletser, lapisan es mencair secara cepat di Arktik akibat pemanasan global. Dok University of Edinburgh

PBB mencatat bahwa suhu telah menembus rekor sepanjang 2023. Peningkatan gelombang panas, banjir, dan kekeringan yang merenggut banyak nyawa serta memengaruhi mata pencaharian di seluruh dunia adalah respons terhadap kenaikan suhu sebesar 1,4 derajat Celsius hingga saat ini. Para ilmuwan mengatakan hal yang lebih buruk akan terjadi jika suhu terus meningkat. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pun berulang kali mengatakan bahwa dunia sedang menuju masa depan yang “buruk”.

Laporan Program Lingkungan PBB itu mengatakan bahwa penerapan kebijakan masa depan yang telah dijanjikan oleh negara-negara akan mengurangi 0,1 derajat Celsius dari batas 3 derajat Celsius. Menerapkan pengurangan emisi yang dijanjikan oleh negara-negara berkembang dengan syarat menerima dukungan finansial dan teknis akan mengurangi kenaikan suhu hingga 2,5 derajat Celsius, yang masih masuk dalam kategori skenario bencana.

Untuk mencapai target 1,5 derajat Celsius yang disepakati secara internasional, 22 miliar ton karbon dioksida harus dikurangi dari total yang diproyeksikan saat ini pada 2030, kata laporan itu. Jumlah tersebut setara dengan 42% emisi global dan setara dengan produksi lima negara penghasil polusi terburuk di dunia: Tiongkok, Amerika Serikat, India, Rusia, dan Jepang.

Guterres mengatakan, tren saat ini membuat planet bumi mengalami kenaikan suhu sebesar 3 derajat Celcius. “Ini adalah kegagalan kepemimpinan, pengkhianatan terhadap kelompok rentan, dan hilangnya peluang secara besar-besaran. Padahal energi terbarukan tidak pernah semurah atau semudah ini. Kami tahu bahwa batas 1,5 derajat masih mungkin untuk diwujudkan. Hal ini memerlukan pencabutan akar racun dari krisis iklim yaitu bahan bakar fosil,” kata Guterres.   

“Para pemimpin harus meningkatkan kinerja mereka secara drastis, dengan ambisi, tindakan, dan pengurangan emisi yang mencapai rekor tertinggi. Tidak ada lagi greenwashing, tidak ada lagi aksi lambat,” kata Guterres. 

Guterres mengatakan negara-negara harus berkomitmen pada COP28 untuk melipatgandakan kapasitas energi terbarukan pada 2030 dan menghapuskan bahan bakar fosil secara bertahap dengan jangka waktu yang jelas. Dia mengatakan perjanjian iklim baru-baru ini antara Tiongkok dan AS merupakan langkah positif, namun masih banyak yang perlu dilakukan untuk memulihkan kepercayaan antara negara-negara maju dan berkembang, setelah ingkar janji mengenai pemberian bantuan iklim senilai miliaran dolar.

Laporan UNEP tersebut, yang berjudul "Broken Record", mengatakan bahwa jika semua janji jangka panjang negara-negara untuk mengurangi emisi menjadi nol pada 2050 tercapai, maka kenaikan suhu global dapat dibatasi hingga 2 derajat Celsius. Namun, mereka menyimpulkan bahwa janji nol bersih ini “saat ini tidak dianggap kredibel”. Tak satu pun dari negara-negara G20, yang secara keseluruhan menghasilkan 80% CO2, mengurangi emisi dengan kecepatan yang konsisten dengan target net zero mereka, katanya.

Laporan lain, dari Konvensi PBB tentang Kerangka Kerja Perubahan Iklim, yang diterbitkan pada 14 November, mencapai kesimpulan yang hampir sama dengan laporan UNEP. Laporan tersebut menemukan bahwa janji nasional untuk mengurangi emisi akan berarti emisi global pada 2030 berada 2% di bawah tingkat emisi 2019, dibandingkan dengan pengurangan sebesar 43% yang diperlukan untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5C.

“Pemerintah mengambil langkah-langkah kecil untuk mencegah krisis iklim – mereka [harus] mengambil langkah maju yang berani pada COP28 di Dubai agar dapat mencapai jalur yang benar,” kata Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell.