LIPUTAN KHUSUS:

Mikroplastik Mengancam Burung Migran


Penulis : Raden Ariyo Wicaksono

Plastik dan mikroplastik dapat menyebabkan efek gangguan plastik pada burung, contohnya terjerat, cedera, tenggelam, mati lemas, dan dapat menyebabkan tukak lambung, obstruksi usus, perforasi usu dan rasa kenyang palsu.

Sampah

Minggu, 28 Mei 2023

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID - Mikroplastik jadi ancaman serius bagi burung migrasi, menurut Fitrah Asma Ulhusna, akademisi dari Universitas Syah Kuala (USK). Apalagi, katanya, mikroplastik tampak seperti makanan, sehingga rentan dimakan oleh burung.

"Ketika melihat mikroplastik maka burung dan biota laut akan mengira bahwa itu merupakan makanan dan menimbulkan ilusi kenyang," kata Fitrah FAsma Ulhusna, Minggu (21/5/2023), saat memberikan Sosialisasi World Migratory Bird Day, di Desa Peulanggahan, Banda Aceh, dikutip dari Antara.

Dosen Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu menguraikan, mikroplastik merupakan fragmen plastik yang berukuran kecil sekitar lima milimeter. Fragmen kecil itu berasal dari berbagai sumber seperti pembuangan sampah plastik yang tidak tepat, limbah plastik, atau dekomposisi plastik yang lebih besar.

Asma bilang, sampah plastik telah mengganggu habitat burung laut dan air, salah satunya burung albatros. Ada kasus anak burung bernama latin Diomedeidae mati lantaran induknya memberi makan sampah plastik.

Burung Migran adalah nama sebutan burung-burung asal Siberia, Mongolia maupun Tiongkok yang melakukan migrasi ke Australia dan Indonesia. Banyak burung melakukan perjalanan panjang dengan terbang. Pola yang paling umum adalah terbang ke utara untuk berkembang biak pada musim panas Arktik dan terbang kembali ke selatan yang hangat ketika utara sedang mengalami musim dingin. foto/HARRY SANJAYA PUTRA/WIKIPEDIA.ORG

"Itu sudah terjadi di beberapa negara seperti Amerika, Australia, dan Inggris, sampah plastik mengganggu habitat burung laut maupun air," ungkap Asma.

Peneliti burung dari Kelompok Studi Lingkungan Hidup, Heri Tarmizi menyebutkan, burung migrasi adalah pergerakan populasi burung yang terjadi pada waktu tertentu setiap tahun dari tempat berbiak menuju tempat mencari makan selama iklim di tempat berbiak tidak memungkinkan.

"Migrasi tersebut dilakukan untuk mencari makanan dan mencari habitat yang sesuai agar dapat bertahan hidup," kata Heri.

Kampanye global migrasi burung tersebut, lanjut Heri, diperingati oleh dunia setiap pekan kedua Mei. Pada tahun ini, tema yang diusung adalah pentingnya air bagi burung yang bermigrasi dan menyerukan pentingnya aksi melindungi sumber daya air dan ekosistem perairan.

Saat ini, habitat burung migrasi sendiri terancam akibat polisi air oleh plastik dan microplastik di area tempatnya makan. Data kematian burun akibat plastik, katanya, meningkat.

"Sebanyak 89 persen burung ditemukan mati karena partikel plastik di perutnya dan sebanyak 90 persen burung laut di seluruh dunia memakan plastik setiap tahunnya," urai Heri.

Heri menjelaskan, plastik dan mikroplastik dapat menyebabkan efek gangguan plastik pada burung, contohnya terjerat, cedera, tenggelam, mati lemas, dan dapat menyebabkan tukak lambung, obstruksi usus, perforasi usu dan rasa kenyang palsu.

Tak hanya itu, mikroplastik juga menjadi efek toksik/racun bagi burung yang dapat menyebabkan penundaan ovulasi, tertunda pematangan seksual, hasil reproduksi berkurang, gangguan pencernaan, dan rusaknya imun.

"Karena itu, semua pihak diharapkan dapat menjaga habitat dan kawasan feeding dari sampah plastik dengan cara mengurangi penggunaan bahan plastik, mendaur ulang sampah plastik, memilah sampah, dan membersihkan pantai," terang Heri.