LIPUTAN KHUSUS:

BPS: Ekonomi Papua Barat Minus 1,01 Persen Triwulan I 2022


Penulis : Tim Betahita

Papua Barat mengalami kontraksi ekonomi dengan minus 1,01 persen. Penurunan terjadi di triwulan I 2022.

Uncategorized

Jumat, 13 Mei 2022

Editor : Kennial Laia

BETAHITA.ID -  Papua Barat mengalami kontraksi ekonomi untuk triwulan I tahun 2022. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), provinsi tersebut minus 1,01 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala BPS Papua Barat Maritje Pattiwaellapia mengatakan kondisi tersebut dipicu turunnya kinerja sejumlah sektor usaha yang menopang ekonomi di provinsi tersebut. 

Sektor yang mengalami penurunan kinerja antara lain pertambangan dan penggalian (-4,31 persen), industri pengolahan (-2,32 persen); konstruksi (-2,03 persen); dan usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosial wajib -0,12 persen. Sementara itu, BPS mencatat sektor lainnya mengalami pertumbuhan positif.

"Sektor yang punya kontribusi terbesar terhadap perekonomian mengalami kontraksi yang dalam sehingga berdampak secara keseluruhan," jelas Maritje di Manokwari, Kamis, 12 Mei 2022, dikutip Tempo.co.

Badan Pusat Statistik Papua Barat. Foto: papua.go.id

BPS Papua Barat mencatat, lambatnya pertumbuhaan ekonomi merupakan imbas dari melorotnya ekspor luar negeri sebesar 33,14 persen. Faktor lainnya adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang turun 13,40 persen.

Menurut Maritje, impor luar negeri terkontraksi 43,32 persen. “Peran impor dalam produk domestik regional bruto menurut pengeluaran sebagai pengurang, sehingga dimaknai positif terhadap penyusunan PDRB.”

Jika dilihat dari sektor lapangan usaha, hampir seluruhnya mencatat penurunan kinerja. Mulai dari pertambangan dan penggalian sebesar -2,46 persen; industri pengolahan -1,62 persen; konstruksi -2,71 persen; pertanian dan perikanan 1,92 persen; serta lapangan usaha administrasi pemerintah dan jaminan sosi6al wajib sebesar -7,78 persen.

Sementara itu sejumlah lapangan usaha mengalami pertumbuhan. Di antaranya perdagangan besar dan eceran, jasa keuangan dan asuransi, real estate, transportasi dan pergudangan, dan reparasi mobil.

Dilihat dari pengeluaran, kontraksi dialami sebagian besar komponen penyusun PDRB menurut pengeluaran. Paling besar disumbang oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 44,53 persen, konsumsi pemerintah -38,63 persen, dan ekspor luar negeri -34,58 persen.

"Impor luar negeri juga mengalami kontraksi hingga 84,84 persen," kata Maritje.

Ekonomi Papua Barat didasarkan pada besarnya produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku sebesar Rp 2.889,5 miliar. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan berada di angka Rp 1.542,5 miliar.

Sebagai catatan, provinsi Papua bersama Maluku menyumbang 2,58 persen terhadap perekonomian Indonesia pada triwulan I 2022.