LIPUTAN KHUSUS:

Banyak Penyu Mati Akibat Sampah Plastik di Malang Selatan


Penulis : Betahita.id

Penyu di perairan laut selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, terancam oleh sampah plastik dan perburuan.

Biodiversitas

Kamis, 03 September 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Penyu di perairan laut selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur, terancam oleh sampah plastik dan perburuan. Tiap tahun ada saja penyu yang mati akibat menelan plastik, sementara perburuan mengintai di pantai yang sepi.

Baca juga: Bocah Ini Serahkan Penyu Sisik yang Terjerat Jaring Ayahnya

Sutari, Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas Pilar Harapan alias Bajulmati Sea Turtle Conservation (BSTC) di Desa Gajahrejo, Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang, mengungkap itu pada Kamis, 27 Agustus 2020. Pada hari itu ia memandu kegiatan pelepasan 1.242 ekor tukik jenis lekang dan hijau ke perairan Samudera Hindia di Pantai Bajulmati.

Menurut Sutari, sampah kantong plastik bisa terlihat oleh penyu bagai ubur-ubur, makanan pokok penyu selain ikan-ikan kecil. Begitu pula jaring ikan yang hanyut bisa tampak seperti rumput laut, salah satu tanaman laut kesukaan penyu.   

Ketua BSTC Sutari mengatakan, total sebanyak 1.242 ekor tukik yang dilepas ke perairan laut selatan Malang. Jumlah ini terdiri dari 1.100 ekor tukik penyu lekang (Lepidochelys olivacea) dan 142 ekor tukik penyu hijau (Chelonia mydas). TEMPO/Abdi Purmono

Dia mengatakan, pernah bersama kawan-kawannya mengubur penyu yang mati akibat menelan sampah plastik di Pantai Bajulmati. Perut penyu dibedah lebih dulu untuk dikeluarkan sampah itu sebelum penyu dikubur. 

Karena itu, pria yang beralih dari pemburu penyu untuk dikonsumsi menjadi penyelamat penyu itu selalu mengingatkan para wisatawan di pantai tertib membuang sampah di tempat yang telah disediakan. Setiap sampah plastik yang dibuang sembarangan di pantai itu, menurut Sutari, berpotensi membunuh penyu.

“Melalui BSTC inilah kami bisa lebih efektif mengampanyekan konservasi penyu. Dulu (sebelum ada BSTC) masih sporadis saja sifatnya,” ujar Sutari. 

Sutari mengajak enam temannya sesama eks pemburu penyu mendalami pengetahuan tentang penyu, khususnya tentang teknik penyelamatan dan penetasan telur-telur penyu. Hingga lima tahun berselang, kini BSTC mulai mendapat cukup banyak dukungan dari beberapa lembaga dan perusahaan.

Ia sendiri mengaku dulu pernah jadi pemburu penyu. Begitu pula orangtuanya. Namun, penyu hasil buruan hanya untuk dikonsumsi dan bukan untuk diperjualbelikan. Dulu warga mengonsumsi penyu karena gampang didapat di Bajulmati. Mereka pun tidak tahu bahwa penyu merupakan satwa langka dan dilindungi. 

Singkat cerita, mulai 2009 Sutari masih lebih banyak sendirian beraksi menyelamatkan penyu di sepanjang pantai selatan Malang. Tiga tahun berselang (2012) ia mendapat enam teman kerja. Menariknya, kawan-kawan Sutari ini pun aslinya pemburu penyu yang insaf. 

Baca juga:
Studi GPS, Banyak Penyu Salah Jalan Pulang di Laut Lepas

Di tahun itu mereka mendirikan rumah penetasan telur penyu tanpa bekal pengetahuan dan teknik memadai. Sutari dan kawan-kawan otodidak mempelajari pengetahuan tentang penyu. Pada 2013, kelompok Sutari dilatih Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Malang untuk mendalami pengetahuan tentang penyu, khususnya tentang teknik penyelamatan dan penetasan telur-telur penyu. 

Lima tahun berselang, BSTC mulai mendapat cukup banyak dukungan dari beberapa lembaga dan perusahaan. Mereka, misalnya, telah diizinkan membangun tempat penetasan telur penyu yang juga pusat wisata edukasi konservasi penyu di kawasan Pantai Bajulmati. 

“Supaya para wisatawan yang ke sini enggak hanya tahu pantai dan air laut, tapi juga bisa dapat tambahan pengetahuan konservasi penyu sepulang dari sini. Edukasi konservasi penyu ini sangat penting, khususnya diajarkan kepada anak-anak,” ujar Sutari. 

Sutari dan kawan-kawan juga aktif berpatroli untuk memantau kehadiran penyu-penyu di Pantai Bajulmati maupun pantai lain di pesisir selatan Malang. Mereka tegas menegur wisatawan yang merusak dan mengganggu penyu betina yang sedang bertelur.   

Supaya telur-telur penyu yang ditinggalkan induk tidak membusuk, sekaligus mencegah kehadiran hewan predator (biawak, anjing, dan babi hutan), Sutari dan kawan-kawan biasanya memindahkan telur-telur ke tempat penetasan di halaman kantor BSTC. Pemindahan juga untuk menghindari pencurian oleh manusia yang disebutnya predator terganas karena bisa berburu telur dan sekaligus memakan daging penyu. 

“Lokasi hidden di Malang selatan. Perburuan dan pembantaian ini masih berlangsung sampai sekarang, mulai yang benaran tidak sengaja dan tidak tahu sampai yang sengaja melakukannya,” kata Andik Syaifudin, Ketua Sahabat Alam Indonesia. 

Menurut Andik, selain untuk dimakan, daging penyu dijual Rp 8.000 per kilogram. Harga plastron (penutup pada bagian dada dan perut/tulang dada) penyu bahkan bisa dihargai lebih mahal. Sedangkan telur penyu berharga Rp 1.000-2.000 per butir. 

“Dijual di pasar gelap. Pengepulnya di Bali dan Surabaya. Sebagian untuk dikonsumsi sendiri,” ujar Andik. 

Baca juga:
Mamalia Terancam Punah: Ada Popok di Perut Pesut Mahakam

Pantai-pantai selatan Malang disebutnya merupakan habitat penyu hijau, penyu lekang atau penyu abu-abu, penyu sisik, dan penyu belimbing. Perburuan, dia menambahkan, biasa berlangsung saat musim ikan dan berlangsung di pantai-pantai yang terpencil atau sulit terpantau.    

Perburuan penyu bakal terus terjadi jika penghasilan nelayan tidak stabil dan merosot terus sehingga mereka terpaksa berburu penyu. "Kemiskinan nelayan pesisir selatan harus diatasi pemerintah, dengan disertai penegakan hukum, sosialisasi dan edukasi konservasi penyu," katanya. 

TEMPO.CO | TERAS.ID