Sekjen PBB: Dunia Dalam Perjuangan Hidup dan Mati

Penulis : Aryo Bhawono

Perubahan Iklim

Selasa, 04 Oktober 2022

Editor : Sandy Indra Pratama

BETAHITA.ID -  Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memperingatkan dunia berada dalam ‘perjuangan hidup atau mati’ untuk bertahan hidup ketika ancaman kekacauan iklim sudah terlihat di depan mata dan menuduh 20 negara terkaya di dunia gagal berbuat cukup untuk menghentikan planet ini dari pemanasan global.

Sekjen PBB mengatakan emisi gas rumah kaca pemanasan global selalu tinggi dan meningkat, dan inilah saatnya untuk kompromi terperinci" antara negara maju yang mengeluarkan sebagian besar gas perangkap panas dengan negara berkembang yang sering merasakan dampak terburuknya.

Peringatan ini diucapkannya ketika membuka pertemuan perwakilan pemerintah di ibu kota Kongo, Kinshasa. Pertemuan ini sendiri merupakan persiapan konferensi iklim di Mesir pada November. Belakangan dampak iklim yang sangat besar dirasakan di seluruh dunia, mulai dari banjir yang membuat sepertiga wilayah Pakistan terendam air, cuaca panas ekstrim di Eropa dalam 500 tahun terakhir, hingga badai dan topan yang melanda Filipina, Kuba, dan negara bagian Florida di AS.

Dalam beberapa minggu terakhir, Guterres telah meningkatkan dorongan untuk meminta negara penghasil karbon untuk membayar kerugian dan kerusakan.

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) bertenaga batu bara melepaskan emisi karbon dioksida, yang menjadi salah satu faktor terbesar pemanasan global saat ini. Foto: loe.org

“Kegagalan untuk bertindak atas kerugian dan kerusakan akan menyebabkan lebih banyak hilangnya kepercayaan dan lebih banyak kerusakan iklim. Ini adalah keharusan moral yang tidak bisa diabaikan,” ucap dia seperti dikutip dari AP.

Pertemuan COP27 di Mesir, kata dia, harus menjadi tempat untuk bertindak atas kerugian dan kerusakan.

Dalam bahasa yang sangat kritis, dia mengatakan komitmen kelompok G20 dari 20 ekonomi terkemuka dunia terlalu sedikit dan terlambat.

Guterres memperingatkan bahwa janji dan kebijakan saat ini menutup pintu peluang untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 2 derajat Celcius, apalagi memenuhi tujuan 1,5 derajat.

“Kita berada dalam perjuangan hidup atau mati untuk keselamatan kita sendiri hari ini dan kelangsungan hidup kita besok,” katanya.

Menurutnya COP27 adalah tempat bagi semua negara, yang dipimpin oleh G20, untuk menunjukkan bahwa mereka berada dalam pertarungan ini, dan turut serta di dalamnya. . Cara terbaik untuk menunjukkannya adalah dengan hadir di COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir.

Negara-negara kaya, terutama Amerika Serikat, telah mengeluarkan lebih banyak karbon dioksida yang memerangkap panas dari pembakaran batu bara, minyak dan gas alam. Negara-negara miskin seperti Pakistan dan Kuba telah dirugikan jauh lebih banyak daripada bagian mereka dalam emisi karbon global.

SHARE