Mengenal Kelapa Sawit, Penyebab Deforestasi Terbesar Saat Ini

Penulis : Ramada Febrian

Kolom

Rabu, 06 Januari 2021

Editor :

BETAHITA.ID - Betahita akan menurunkan serial tulisan tentang seluk beluk sawit. Kolom ini ditulis Ramada Febrian, Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Perkebunan Yayasan Auriga Nusantara.

Sekitar 3 tahun setelah penanaman, pohon kelapa sawit baru berbuah. Puncaknya sekitar 10 tahun setelah penanaman. (Sumber: D. Byerlee, W. P. Falcon, R. L. Naylor, The Tropical Oil Crop Revolution: Food, Feed, Fuel, and Forests. (Oxford University Press, Oxford, UK, 2017)). Siklus hidup pohon kelapa sawit sekitar 25 tahun, setelah itu pohon terlalu tinggi, panen manual sulit, produktivitas menurun. (R. H. V. Corley, P. B. H. Tinker, The Oil Palm (World Agriculture Series). (Blackwell Publishing Limited, Oxford, UK, 2003))

Umumnya, kelapa sawit ditanam secara monogami demi komersil. (R. H. V. Corley, P. B. H. Tinker, The Oil Palm (World Agriculture Series). (Blackwell Publishing Limited, Oxford, UK, 2003))

Jumlah minimal tenaga kerja untuk kebun adalah 1 orang untuk setiap 8-12 hektar. (Sumber: D. Byerlee, W. P. Falcon, R. L. Naylor, The Tropical Oil Crop Revolution: Food, Feed, Fuel, and Forests. (Oxford University Press, Oxford, UK, 2017))

Tampak dari ketinggian sebagian hutan di wilayah adat Kinipan telah terbabat untuk perkebunan sawit PT SML./Foto: Betahita.id

Setiap buah ada sekitar 30-35 persen minyak, tumbuh baik di daerah khatulistiwa, palm 3,8 ton/ha (5 kali lebih besar dari Rape dan Sunflower, 8 kali lebih besar dari Soy), Rape 0,8 ton/ha, Sunflower 0,7 ton/ha, Soy 0,5 ton/ha (Land-use efficiency). (Sumber: European Palm Oil Alliance)

Berdasarkan data FAOSTAT, kelapa sawit tumbuh di 45 negara, antara lain: Angola, Benin, Brazil, Burundi, Côte d'Ivoire, Cambodia, Cameroon, Central African Republic, China, China mainland, Colombia, Congo, Costa Rica, Democratic Republic of the Congo, Dominican Republic, Ecuador, Equatorial Guinea, Gabon, Gambia, Ghana, Guatemala, Guinea, Guinea-Bissau, Honduras, Indonesia, Liberia, Madagascar, Malaysia, Mexico, Nicaragua, Nigeria, Panama, Papua New Guinea, Paraguay, Peru, Philippines, Sao Tome and Principe, Senegal, Sierra Leone, Solomon Islands, Suriname, Thailand, Togo, United Republic of Tanzania, Venezuela (Bolivarian Republic of).

Paling luas ada di Indonesia, kedua di Malaysia.

Berdasarkan data FAOSTAT 2016, Indonesia dan Malaysia menyediakan 82 persen dari total produksi di seluruh dunia.

Produktivitas 3,634, 3,644, 3,702 Kg per hektar th 2017-2019 (Angka tetap, sementara, dan estimasi dari publikasi kelapa sawit 2017-2019 oleh Ditjenbun)

Kontribusi kelapa sawit untuk ekonomi, energi, lingkungan, dan sosial

Sawit berkontribusi dalam ekonomi negara, melalui pendapatan dan penyerapan tenaga kerja.

Pendapatan negara dari adanya industri kelapa sawit antara lain adalah; devisa hasil ekspor – yang diperoleh dari ekspor produk turunan kelapa sawit; Ppn – Pajak pertambahan nilai diperoleh dari barang turunan atau kelapa sawit yang telah diolah yang dibayar oleh konsumen akhir; Pph 21 – Pajak penghasilan sesuai dengan pasal 21 diperoleh melalui pajak yang dibebankan pada penghasilan perusahaan, perorangan, atau badan hukum lainya yang terkait dengan industri kelapa sawit; Pph 23 – Pajak yang dibebankan atas penghasilan dari modal (dividen).

Badan Pusat Statistik mencatat, sepanjang 2018, ekspor kelapa sawit (buah dan turunannya) mencapai 18,9 Milyar US$, dengan pangsa terhadap total ekspor mencapai 10,51 persen.

Sementara uang yang masuk ke kas daerah dari industri sawit ini adalah (menurut persentase besaran yang diterima dari Dana Bagi Hasil (DBH)) Pajak bumi dan bangunan (PBB); Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB); Pajak penghasilan (Pph). Selain itu, uang retribusi seperti; izin usaha perkebunan (IUP), izin lokasi, Hak Guna Usaha (HGU), izin trayek, dan izin gangguan (dengan asumsi bahwa pelaku usaha kelapa sawit taat).

Di dalam kelapa sawit ini juga ada petani dan tenaga kerja. Direktorat Jenderal Perkebunan mencatat, jumlah petani kelapa sawit di 2018 (Angka Sementara) mencapai 2,67 juta kepala keluarga, sementara tenaga kerja mencapai 4,42 juta orang.

Produk-produk bahannya banyak dari kelapa sawit yang ada keseharian kita, seperti margarin (dalam komposisi biasa disebut sebagai minyak nabati), minyak samin, shortening/mentega putih, produk kosmetik (Cream, Lotion, and Milk), cokelat, es krim, sabun, mi, Non-Dairy Creamer (pengganti susu atau krim), Palm Kernel Cake/Palm Kernel Expeller (biasa digunakan untuk bahan pakan hewan), dan lain-lain.

Selain untuk bahan makanan dan kosmetik, minyak kelapa sawit juga digunakan untuk biofuel atau bahan bakar hayati. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia memiliki kebijakan mandatori biodiesel sejak 2015, saat ini sudah B20 dimana kandungan minyak kelapa sawit dalam bahan bakar solar mencapai 20 persen, mulai berlaku untuk sektor PSO dan Non PSO sejak September 2018.

Kebijakan ini mendukung ketahanan energi nasional, pemanfaatan energi terbarukan (kontribusi terhadap penurunan emisi gas rumah kaca), dan penghematan devisa (karena impor solar berkurang). Dalam studi Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, disebutkan bahwa biodiesel juga berdampak bagi kesejahteraan petani. Mekanismenya melalui peningkatan permintaan untuk komoditas sawit (hukum permintaan dan penawaran).

Kesejahteraan petani sawit ditentukan langsung oleh harga jual Tandan Buah Segar (TBS). Semakin tinggi harga semakin sejahtera. Harga TBS dipengaruhi oleh harga minyak kelapa sawit. Kenaikan harga minyak kelapa sawit akan mendorong harga TBS. Harga ditentukan oleh permintaan, dengan asumsi bahwa penawaran tetap. Maka dengan adanya kebijakan biodiesel, permintaan akan minyak kelapa sawit akan meningkat, kemudian akan berpengaruh pula ke harga TBS, dengan begitu kesejahteraan petani akan naik.

Efek buruk yang sudah-sudah

Kelapa sawit berkontribusi dalam deforestasi, hilangnya tutupan hutan, berkontribusi terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca (dari konversi hutan), berkurangnya biodiversitas, hilangnya habitat spesies langka, berkurangnya spesies langka.

Kebun sawit dan hasil hutan menjadi penyebab hilangnya 14.000 orang utan borneo (Voigt, Maria et al., Global Demand for Natural Resources Eliminated More Than 100,000 Bornean Orangutans, Current Biology , Volume 28 , Issue 5 , 761 - 769.e5).

Seluruh tanaman (pertanian dan perkebunan) 19 persen menjadi sebab dari deforestasi yang terjadi di Indonesia. Kebun sawit sendiri, dari total tanaman yang menjadi sebab deforestasi menyumbang 43 persen. (Sumber: https://www.palmoilandfood.eu/en/deforestation-palm-oil)

Dari Data Tutupan Sawit Indonesia Publikasi bersama antara Kementan, Lapan, BIG, dan KPK yang didigit oleh tim Auriga, ada 3,5 juta hektar sawit Indonesia yang masuk dalam kawasan hutan.

Dalam hal penguasaan lahan, konflik antara perusahaan dan masyarakat sekitarnya pun tidak jarang.

Urusan kesejahteraan petani, tidak lebih dari rantai pasok yang terlalu panjang

Itu hulu, di hilir, soal limbah pabrik kelapa sawit tidak jarang membunuh hewan-hewan yang tidak bersalah, teracuni. Masyarakat sekitar tidak akan merasa rugi kalau yang dicemari Jakarta. Sayangnya, berita soal pencemaran sungai akibat limbah membikin warga sekitar heboh sampai minta ganti rugi. Heran tidak, hewan-hewan yang sudah diternaknya, juga ada peliharaan mati dadak di bantaran sungai.

Penulis: Ramada Febrian
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Perkebunan Yayasan Auriga Nusantara

SHARE