Harimau Sumatera Berkeliaran di Solok Baru 2 Pekan Dilepasliarkan

Penulis : Betahita.id

Biodiversitas

Selasa, 08 Desember 2020

Editor :

BETAHITA.ID - Satu dari dua ekor harimau sumatera  yang didapati berkeliaran di dua kampung di Nagari Simpang Tanjuang Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, adalah harimau yang hampir dua pekan sebelumnya dilepasliarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Harimau yang masuk pemukiman warga telah menerkam empat anjing dan seekor itik, selain menebar kecemasan di antara penduduk setempat.

Baca juga: Sepasang Harimau Sumatera Saudara Seinduk Dilepasliarkan ke Alam

Satu harimau itu teridentifikasi lewat belangnya dan ditegaskan melalui tanda pengenal berupa gelang. Pencocokan dilakukan segera setelah harimau betina itu masuk perangkap di Jorong Rawang Gadang pada Minggu, 6 Desember 2020. Konfirmasi juga telah disampaikan Manajer Operasional PR-HSD ARSARI, Kartika Amarilis, yang terlibat dalam pelepasliaran maupun upaya penangkapan kembali itu.

Harimau Sumatera berada di ladang markisa di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. (ANTARA/Iggoy El Fitra)

"Setelah dilakukan pemeriksaan dan identifikasi, harimau tersebut merupakan harimau yang pernah dilepasliarkan pihak BKSDA Sumatera Barat bersama tim gabungan lainnya beberapa waktu lalu," kata Kartika yang juga dokter hewan itu di Arosuka, Minggu 6 Desember 2020.Seekor Harimau sumatera masuk perangkap yang dipasang di Jorong Rawang Gadang, Nagari Simpang Tanjua

Mendapati hasil identifikasi itu, Petugas Pengendali Ekosistem Hutan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat Rully Permana langsung menyampaikan permohonan maaf. Ia menyebut kejadian itu tidak dikehendaki namun menyebabkan warga di Nagari Simpang Tanjuang Nan Ampek menjadi terganggu aktivitas ekonominya karena takut ke luar rumah.

"Atas nama BKSDA Sumatera Barat mewakili pimpinan dan rekan-rekan yang masih bertugas di Jorong Lurah Ingu hari ini, kami menyampaikan permohonan maaf," kata dia saat menunggui perangkap untuk harimau yang kedua, Minggu.

Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek, Kecamatan Danau Kembar, Kabupaten Solok, berbatasan langsung dengan suaka margasatwa Tarusan Arau Hilir di bagian utara dan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di bagian selatan. Warga setempat pun memberi kesaksian kalau sehari sebelum harimau terlihat, mereka menyaksikan sejumlah kendaraan khusus gardan ganda masuk ke kawasan hutan melewati kampung mereka.

Rully menjelaskan, rilis atau lepas liar dua ekor harimau di hutan itu dilakukan pada 27 November 2020. Kedua harimau, yakni Putra Singgulung dan Putri Singgulung, dibebaskan dari kandangnya di kawasan hutan Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir, sejauh tujuh kilometer dari permukiman.

Menurut Rully, lokasi itu sudah memenuhi syarat sebagai lokasi pelepasliaran harimau sumatera. Awalnya, pelepasliaran akan dilakukan di Suaka Margasatwa Bukit Barisan, tidak jauh dari lokasi ditangkapnya dua harimau kakak-beradik karena diduga berasal dari induk yang sama itu.

"Tapi, ternyata di lokasi itu, berdasarkan pantauan, ada harimau jantan dewasa maka kami pindahkan ke Suaka Margasatwa Tarusan Arau Hilir," kata Rully menuturkan.

Pencocokan identitas di kandang perangkap di Jorong Rawang Gadang menunjukkan si belang adalah Putri Singgulung, harimau betina di antara kakak-beradik itu. Sedang yang ditangkap di Jorong Lurah Ingu hari ini (Senin), sekalipun sama jantan, belum dipastikan sebagai Putra Singgulung. "Ada kemungkinan harimau itu satwa dari TNKS," ujar Kartika.

Kedua Harimau Sumatera bersaudara itu sebelumnya telah dititip-rawat selama kurang lebih lima bulan di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya yang dikelola Yayasan Arsari Djojohadikusumo kerjasama dengan BKSDA Sumatera Barat. Putri Singgulung mulai direhabilitasi sejak 14 Juni 2020 dan Putra Singgulung sejak 29 Juni 2020--juga setelah konflik dengan penduduk.

Baca juga:
Detik-detik Harimau Sumatera Sambangi Rumah Warga, Untung Tak Melompat

Mengenai kenapa Putri Singgulung tidak takut dengan manusia sebelum ditangkap, Kartika mengatakan hal itu karena perubahan sifat. "Sifatnya berbeda, saat direhabilitasi dengan di hutan. Perubahan sifat seperti itu kita tidak bisa diprediksi karena harimau itu berada di alam tidak disekat dengan kandang," ucapnya.

TEMPO.CO | TERAS.ID

SHARE